Pada tahun lalu, aku bersama beberapa orang teman memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Mahameru. Keputusan yang tergolong nekat untuk aku yang baru saja sampai di tanah jawa dua minggu lalu. Berbekal cerita beberapa teman yang sudah pernah naik gunung tertinggi di tanah jawa ini dan sebongkah ketakutan yang tergumpal di hati setelah mendengarnya dan dengan sedikit latihan fisik dari setiap hari selama dua minggu mengayuh sepeda di Pare. Aku bersama temanku mengemasi barang dan berangkat.
Perjalanan di mulai dari Pare, di mana aku sedang belajar bahasa inggris waktu itu menuju Surabaya. Tujuan yang seharusnya Malang berubah haluan menjadi Surabaya, ntahlah apa yang kami fikirkan waktu itu. Bertemu beberapa teman lainnya dan kembali melanjutkan perjalanan menggunakan motor menuju ke Desa Ranupani. Desa Ranupani adalah titik awal dari pendakian menuju Mahameru.
Perjalanan yang menyenangkan. Menikmati Surabaya sambil lalu untuk pertama kalinya. Kota yang terkenal dengan patung sura dan baya yang aku tau kisahnya lewat film ataupun buku cerita rakyat masa kecil dulu. Selebihnya, menyesapi sunyi di jalanan yang masih saja ramai meski terbilang sudah larut dan tentu saja menikmati perasaan mendebarkan menuju Mahameru.
Aku tidak tau banyak tentang Mahameru. Hanya sebatas cerita teman sepintas-lalu terkait perjalanannya yang begitu menggairahkan, atau sedikitnya lagi dari novel berjudul "5 cm" yang filmnya tidak pernah aku tonton. Juga melalui hasil menonton di youtube semalam sebelum keberangkatan tentang seperti apa tantangan yang akan aku hadapi nantinya. Perjalanan pertama di tanah jawa dan aku berdebar.
Sesampainya ke Ranupani, malam sudah menunjukkan angka 1 jika aku tidak salah ingat. Cuaca yang sangat dingin menembus jaket kami yang tebalnya tidak seberapa itu. Setiap berbicara, nafas kami mengeluarkan asap dan di beberapa menit bermain-main dengan itu lantas tertawa. Konyol.
Sebelum mati beku kedinginan, kami berjalan ke Resort Ranupani untuk memilih lokasi mendirikan tenda karena malam itu kami akan bermalam terlebih dahulu. Pendakian baru akan di lakukan besok pagi. Berkenalan dengan pemilik tenda di samping wilayah kami yang akan kami gunakan untuk mendirikan tenda, setelahnya mendirikan tenda dan memilih tidur. Perjalanan yang melelahkan dan kami harus menyiapkan diri besok untuk pendakian.
Besok paginya, ketika matahari sudah terbit dan suara riuh rendah terdengar dari luar tenda kami, aku dan satu orang temanku memilih keluar sedangkan yang lainnya masih memilih tidur sedikit lebih lama. Di pagi itu, aku menyadari ternyata ada sesuatu yang aku lewatkan semalam, sebuah danau yang indah. Suguhan keindahan awal sebelum menuju gerbang pendakian.
Menghirup udara pagi dalam-dalam dan kemudian memutuskan untuk sarapan pagi. Perut harus di isi agar tidak lapar di perjalanan. Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan sepiring nasi pecal yang kami pesan setelah kemudian kembali dan membereskan tenda. Tiket sudah di beli beberapa hari sebelumnya dan kini sebelum menuju pendakian, kami mengikuti pengarahan. Dikatakan bahwa tujuan utama dari pendakian ini bukanlah puncak tapi kembali pulang dengan selamat. Sekilas otakku membawaku kembali ke rumah.
Bersambung...
Ditunggu lanjutannya may.
Terima kasih kak. Bakalan di lanjutin kok. Insya Allah
Asyik maha rindu, ada alang gak disitu?
alang-alang banyak bg :D