Apalagi di Aceh, memilki bahasa yang banyak. Antara satu bahasa dengan bahasa yang lain saling bertentangan meskipun kosa kata dan lafazdnya sama namun maknanya berbeda. Saya punya teman asal pulau jawa, dan isterinya orang Gayo. Mereka punya banyak anak, setelah diselidiki, itu gara-gara bahasa, akibat kosa kata “nggeh”. Dalam bahasa Gayo berarti “”tidak””, sedangkan dalam bahasa jawa beramakna “Ya”. Bahkan semakin runyam lagi soal beda dialek. Orang Aceh yang berbahasa ibu bahasa Aceh menyebut panggilan “si Ris” dengan “siRi”. Orang Aceh senang praktis dengan meringkas nama itu.
“mana siRi?” yang dijawab “sudah pergi ke blang (sawah)”. “Apa?” timpal sipenanya. “apa-apa(paman)” juga pergi.
You are viewing a single comment's thread from: