Adakah di antara Steemian yang tahu, kenapa istilah kawin lari itu hadir?
Well, saya tidak tahu. Tahu-tahu istilah itu sudah memasyarakat saja. Setiap pasangan yang menikah di luar dukungan keluarga intinya karena tidak disetujui oleh atau bertentangan dengan keluarganya lazim disebut dengan istilah kawin lari.
Lengkapnya, menurut Wiki Indonesia adalah seperti ini :
Ah, kepanjangan jelasin tentang istilah ini. Padahal saya cuma mau cerita saja tentang pasangan kawin lari yang saya temui suatu hari. Sepasang manusia beranak satu ini hendak mengurus akta nikah mereka.
"Kenapa dulu menikah di bawah tangan, Dek?" Demikian saya mulai bertanya.
"Nggak cukup umur waktu itu, Kak."
"Oh, ya?" Saya membaca informasi tentang data diri dan pernikahan mereka sekali lagi.
"Tapi ini Adek lahir tahun 199-, suami tahun 199-, menikah tahun 201*, kenapa bisa nggak cukup umur? Kalau saya hitung kasar, umur Adek 19 tahun, suami 22 tahun. Lebih dari cukup dong. Kan ketentuan undang-undang perempuan minimal 16 tahun laki-laki 19 tahun." Cecar saya.
"Eh, anu sebenarnya Kak. Kami kawin lari."
"Kenapa kawin lari?"
"Kami kan beda suku, Kak. Saya asli suku G, abang tu suku J. Orang tua saya nggak suka sama suku J. Orang tua dia nggak suka sama suku G. Jadi dua-dua keluarga nggak setuju."
Hmm... Menarik!
"Kenapa sampai nggak suka nggak suka-an gitu ya?"
"Itulah nggak tahu kami, Kak. Pokoknya gitu. Masing-masing kami dijodohkan dengan orang lain yang sesuku. Abang tu diajaknya aku ketemu. Dia bilang pokoknya dia nggak mau sama orang lain. Harus sama aku. Kalau kutinggalkan dia, bisa gila dia katanya, Kak. Lebih baik mati aja, katanya."
Wow! Eeeaaaa... Drama sekali!
"Trus, kawin larinya, di mana? Wali Adek ni siapa? Jangan-jangan kawin tanpa wali ya?"
"Kami akhirnya dikawinkan di rumah nenekku di Kampung B***. Abang kandungku walinya."
"Kenapa abang mau jadi wali? Nggak takut dimarahi ayah?"
"Kata abangku gini, Kak. Dari pada adiknya dibawa lari sampai ke Pulau J sana, trus ditelantarkan di sana, jauh dari keluarga, nggak jelas pun nama kampungnya, mending dinikahin aja di sini. Bisa cepat ketahuan kalau kenapa-kenapa."
"Hmm... Intinya keluarga Adek sangat peduli dan sayang sama Adek kan? Kenapa Adek mau kawin lari? Nggak ada perasaan khawatir akan ditelantarkan habis kawin?"
"Adalah, Kak. Takut juga awalnya, nanti kalau aku disia-sia-in gimana. Tapi itu tadi, Kak, dia ngancam mau mati aja, bisa gila, sayang juga dia."
"Ada terpikir sayang orang tua? Ada terpikir gimana perasaan ayah dan ibu kamu sewaktu kamu lari dari rumah? Gimana khawatirnya mereka? Gimana susah hatinya? Jangan-jangan sampai hampir gila pula?"
"Itulah, Kak. Kek mana mau? Sampai sudah nikah kami nggak diterima sama keluarga. Sudah agak besar anak kami, baru keluarga mau terima kami lagi, Kak."
"Ada menyesal kawin lari, Dek? Merasa susah dan semacamnya?"
"Awalnya adalah, Kak. Tapi dibilang susah juga nggak. Buktinya sampai saat ini kami bahagia."
Berhadapan dengan kasus-kasus seperti ini, sulit menilai siapa salah kenapa. Yang otang tua ingin yang terbaik bagi anaknya menurut mereka, tapi dengan cara memaksakan kehendak. Si anak juga tidak menimbang rasa terhadap orangtuanya, juga tidak pikir panjang baik buruk dan berbagai resiko yang akan dihadapi ke depan. Pada dasarnya ada ego yang harus dikorbankan supaya komunikasi menghasilkan titik temu.
Ada banyak kasus seperti ini. Ada banyak hubungan keluarga yang retak akibat kawin lari ini. Juga, ada banyak anak keturunan yang terkorbankan akibat kejadian ini. Yang sulit mendapat akta lahir sebab orangtuanya tidak punya catatan nikah. Yang sulit mengurus kelengkapan surat kependudukan, sebab belum sempat mengurus penetapan nikah, salah satu pihak sudah melepaskan tanggung jawab dan meninggalkan keluarga. Lebih miris lagi yang kawin lari tanpa wali, sehingga syarat dan rukun nikah tidak terpenuhi. Bagaimana menetapkan pernikahan yang demikian?
Well, semoga anak-anak muda lebih pikir panjang dan banyak pertimbangan dalam setiap langkah merintis kehidupan masa depan yang lebih baik bagi mereka, tanpa perlu menggores hubungan keluarga, apa lagi hati orang tua. Sebab imbasnya bukan hanya kerunyaman di dunia, tapi sampai urusan akhirat kelak, bagi orang-orang yang beriman.
Brat that galak gadeh akai hehe
Meunanlah K' @fauziahusman yang belum tentu setia dan sayang selamanya diikuti sampai lari. Kasih sayang orangtua & keluarga yg sudah terbukti diabaikan
Seperti sinetron ya. Tapi itulah kenyataan yg sering kita temukan di daerah 'ini'.
Qadarullah bertugas dan bertempat tinggal di daerah ini, jadi ya di daerah inilah kita tahu. Mesti, di daerah lain juga ada. Sedrama apa, itu yang kita tidak tahu. Menunggu yang lain menuliskan dari daerah lain 😊