Tadi pagi saya dan seorang teman harus menahan rasa malu, ketika kami memaksa untuk meminta tumpangan boat pada orang yang belum pernah dikenal sebelumnya. Ini benar-benar kacau.
Tetapi itu harus dilakukan karena tidak ada pilihan lain, kecuali harus gagal pergi memancing. Karena tidak ada lagi boat yang akan berangkat pergi memancing ikan saat itu.
Beruntung. Permintaan kami dikabulkan pemilik boat dan seorang temannya. Sehingga berangkatlah kami berempat menuju sebuah muara di perbatasan Aceh Timur. Meski teman saya bisa tersenyum usai pemilik boat mengiyakannya. Tetapi tidak dengan saya.
Saya benar-benar tidak puas, apalagi nantinya lokasi yang ingin saya kunjungi, belum tentu mereka mau memancing ikan di sana. Karena mereka juga memiliki lokasi pemancingan tersendiri yang ingin dikunjungi. Dan itu terbukti. Sungguh saya tidak bisa berbuat apa-apa, saya hanya penumpang.
Ini bukan soal banyak dapat ikan atau tidak. Ini soal kepuasan. Ah..., lupakanlah.
Biasanya, kami memang sering menyewa boat dari nelayan kawasan itu, dengan harga bervariasi antara Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu, tergantung ukuran boatnya. Tetapi hari ini, rata-rata boat itu sudah terpakaikan atau disewa orang lain. Kami terlambat sedikit, sehingga harus membayar mahal dengan penuh kekecewaan.
Saya benar-benar harus membeli sebuah boat, sehingga tidak mengecewakan saat membutuhkannya. Dari kejadian ini, saya memetik hikmah dan berksimpulan; menyoe koen ie, tente leuhop, menyoe kon atra droe, mandum atra gob.
i know all of your posts are wonderful, and i read them @ronaldmcatee
I'm glad you praised me, terimkasi @ ronaldmcatee, best regards from Aceh.