Mengenal Badai Sitokin yang Menyerang Penderita COVID-19
Badai sitokin atau kerap dikenal juga dengan sebutan cytokine storm merupakan salah satu reaksi komplikasi pada sistem imun penderita COVID-19. Dilansir dari National Cancer Institute, sitokin merupakan komponen penting yang berperan dalam membawa sinyal pada sistem kekebalan tubuh untuk melakukan pertahanan terhadap serangan penyakit. Namun, kadar sitokin yang berlebihan justru dapat mengganggu kinerja sel normal dan menimbulkan peradangan ekstrem.
Kondisi ini perlu dengan segera ditangani secara intensif. Pasalnya, apabila tidak segera ditangani, kondisi ini akan memicu kegagalan fungsi organ hingga yang paling fatal adalah meningkatkan resiko kematian.
Lantas, mengapa badai sitokin dapat menyerang orang yang terjangkit virus corona? Berikut penjabarannya.
Penyebab Badai Sitokin
Badai sitokin sendiri sebenarnya bukanlah nama penyakit. Sebab dalam kondisi normal, sitokin berperan sebagai koordinator/alarm yang baik dalam melawan infeksi virus dan bakteri di dalam tubuh manusia. Namun, saat virus corona menyerang sistem kekebalan tubuh, sel darah putih akan merespons dengan memberikan pesan melalui produksi sitokin. Nah, produksi yang berlebihan inilah yang disebut sebagai badai sitokin.
Pada penderita COVID-19, badai sitokin umumnya akan menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah. Hal ini akan mengakibatkan penyumbatan cairan di paru-paru, yang secara tidak langsung akan mengganggu mekanisme pertukaran oksigen. Itulah penyebab sering terjadi inflamasi gangguan pernapasan akut pada penyintas COVID-19.
Gejala Badai Sitokin
Pasien COVID-19 yang sudah dinyatakan negatif dari virus corona, tetap berisiko terpapar badai sitokin. Sebagian besar penderita COVID-19 akan mengalami gejala serupa yakni meliputi :
Demam dengan suhu di atas 38 derajat celcius
Kedinginan atau menggigil
Sesak napas dan saturasi oksigen menurun
Sakit kepala
Kemerahan atau ruam kulit
Mual dan muntah
Kelelahan dan kejang
Batuk
Diare
Nyeri otot dan persendian
Kesulitan mengendalikan gerakan
Kebingungan dan halusinasi
Pembengkakan pada tungkai
Napas cepat
Peningkatan pembekuan darah dan pendarahan
Tekanan darah yang sangat rendah
Pada umumnya, kondisi gejala di atas akan terjadi sekitar 6-7 hari setelah gejala COVID-19 muncul. Sedangkan pada kondisi yang berat, pasien dengan sindrom pernapasan akut membutuhkan perawatan intensif dengan alat bantu pernapasan atau ventilator.
Pencegahan Badai Sitokin
Setiap orang berisiko terserang COVID-19. Meski demikian, salah satu upaya yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan menjaga pola hidup sehat dan menaati protokol kesehatan yang berlaku. Apabila Anda merasakan adanya gejala awal COVID-19, maka jangan ragu untuk melakukan tes PCR agar kamu dapat mendapatkan penanganan awal yang lebih baik. Dengan cara ini, diharapkan infeksi virus corona pada tubuh dapat dengan segera diminimalisir agar tidak semakin parah.
Pengobatan Badai Sitokin
Hingga saat ini masih dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sejumlah obat-obatan dalam menangani badai sitokin pada penderita COVID-19. Maka dari itu, Anda dapat mengonsultasikan keluhan Anda kepada tim tenaga medis terkait jenis obat-obatan yang sesuai dengan kondisi Anda.
Karena kompleksnya faktor dan gejala yang terjadi pada seseorang, pengobatan dan analisa pribadi agak sulit dilakukan sendirian. Maka dari itu, jangan lupa untuk menerapkan moto ‘lebih baik mencegah daripada mengobati agar kamu tidak menyesal di kemudian hari’. Semoga artikel ini dapat membantu menjawab kebingunganmu.
Source of plagiarism
Plagiarism is the copying & pasting of others' work without giving credit to the original author or artist. Plagiarized posts are considered fraud and violate the intellectual property rights of the original creator.
Guide: Why and How People Abuse and Plagiarise
Fraud is discouraged by the community and may result in the account being Blacklisted.
If you believe this comment is in error, please contact us in #appeals in Discord.