Sedikit monoleh kebelakang pada tahun 60'an Lembaga Pemasyarakatan mayoritas di huni oleh orang-orang yang berusia antara 40-60an, namun apa yang terjadi pada tahun 90, penjara-penjara kita penuh di isi oleh anak remaja antara usia 14 s/d 25 tahun. Jumlah peningkatan yang drastis juga terjadi pada penjara anak dan remaja.
Sebagian besar anak-anak yang bermasalah ternyata juga memiliki orang tua yang bermasalah atau keluarga yang berantakan dan yang memperparah ini semua adalah bahwa Lembaga yang kita agung-agungkan selama ini, yang kita sebut sekolah ternyata sama sekali tidak mampu menjadi jalan keluar bagi anak-anak yang mengalami permasalahan di rumah.
Sekolah yang mestinya bertanggung jawab pada pendidikan anak (kerena mengklaim sebagai lembaga pendidikan) ternyata sama sekali tidak melakukan proses pendidikan, melainkan hanya menjadi lembaga yang memaksa anak untuk mengikuti kurikulum yang kaku dan sudah ketinggalan zaman. Guru-guru yang diharapkan menjadi pengganti orang tua yang bermasalah tapi ternyata tidaklah lebih baik dari pada orang tua si anak yang bermasalah tadi. Guru lebih suka memberikan pelajaran dari pada mendidik dan melakukan pendekatan psikologis untuk bisa membantu memecahkan masalah anak-anak muridnya. Guru-guru juga lebih suka saling melempar tanggungjawab ketimbang merasa ikut bertanggung jawab sebagai seorang pendidik.
Dan yang sungguh menyakitkan adalah ternyata Pemerintah kita khusunya yang bertanggung jawab pada bidang pendidikan hanya mementingkan masalah nilai, angka-angka dan Ujian-Ujian Tulis. Pemerintah seolah menutup mata terhadap menurunnya prilaku moral, rusaknya anak-anak sekolah dan meningkatnya prilaku kekerasan di kalangan remaja.
Ukuran keberhasilan pendidikan lebih diletakkan pada menjawab soal-soal ujian dan target-target perolehan nilai, bukan pada Indikator Moral dan Pengembangan Karakter Anak. Sehingga pada akhirnya kita mendapati banyaknya anak-anak yang mendapat nilai tinggi namun moralnya justru begitu rendah.
Inilah saya pikir yang menjadi biangkeladi dari permasalahan meningkatnya jumlah anak-anak yang menjadi penghuni penjara di hampir seluruh negara bagian di negara kita.
Saya melihat bahwa sesunguhnya jauh lebih penting mengajarakan anak kita Nilai Kejujuran dari pada Nilai matematika, Fisika dan sejenisnya, yang pada umumnya telah membuat anak kita stress dan mulai membeci sekolahnya. Sungguh jauh lebih penting mengajarkan pada mereka tentang kerjasama dan saling tolong menolong ketimbang persaingan merebut posisi juara di kelas. Sekolah kita hanya mampu membuat 3 anak sebagai juara ketimbang membuat mereka semua menjadi juara. Sekolah kita memang tanpa sadar telah dirancang untuk mencetak anak yang gagal jauh lebih banyak dari yang berhasil. Sekolah kita juga telah dirancang untuk lebih banyak memberi lebel anak yang bermasalah ketimbang memberi lebel anak yang berpotensi unggul di bidangnya.
Lihatlah fakta di lapangan, betapa banyaknya anak-anak yang dinyatakan oleh sekolah sebagai anak lambat belajar, tidak bisa berkonsentrasi, Diseleksia, Hiperaktif dan sebagainya. Hingga ada seorang pengamat pendidikan yang pernah menyindir "sesungguhnya anaknya yang hiperaktif atau sekolahnya yang "Hiper Pasif". Bayangkan anak-anak kita telah di paksa untuk duduk di kursi yang keras selama berjam-jam dari pagi hingga petang, tanpa adanya pergerakan sedikitpun. Yang sesungguhnya tidak hanya membahayakan mental mereka bahkan juga fisik mereka. Berapa banyak anak-anak kita yang katanya termasuk golongan anak-anak pandai harus menderita "bungkuk" di usia mereka yang masih relatif muda karena proses belajar yang hiper pasif ini.
Saya pikir sudah saatnya kita sadar akan hal ini semua. Saudara-saudaraku tercinta, sungguh berdasarkan penelitian yang saya lakukan telah menunjukkan bahwa jauh lebih penting mengajari anak kita tentang moral, attitude, dan Character Building dari pada hanya mementingkan nilai-nilai yang tinggi. Karena kehidupan lebih mengharapkan orang-orang yang bermoral dan berkarakter untuk membangun tatanan kehidupan yang jauh lebih baik. Orang-orang yang mencintai sesama, menolong sesama dan menjaga kelestarian lingkungan tempat mereka hidup.
Berdasarkan penelitian saya terhadap sejarah bangsa-bangsa yang mengalami kemunduran atau kehancuran, saya telah menemukan ciri-ciri yang sangat jelas untuk bisa kita jadikan Indikator dan petunjuk bagi kita apakah negara kita juga sedang menuju ke titik kemajuan atau justru ke hancuran.
Paling tidak saya telah menemukan ada 10 tanda-tanda dari suatu bangsa yang akan mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran, dan jika ternyata ke sepuluh tanda ini muncul di negara kita maka sudah saatnyalah kita untuk melakukan perubahan besar-besaran terhadap sistem pendidikan bagi anak-anak kita.
Mari kita teliti bersama kesepuluh tanda-tanda tersebut, apakah telah muncul dinegara kita:
Meningkatnya prilaku kekerasan dan merusak dikalangan remaja, Pelajar.
Penggunaan kata atau bahasa yang cenderung memburuk (seperti ejekan, Makian, celaan, bahasa slank dan lainnya).
Pengaruh Teman Jauh lebih kuat dari pada orang tua dan guru.
Meningkatnya prilaku penyalahgunaan sex, merokok dan obat-obat telarang dikalangan pelajar dan remaja.
Merosotnya prilaku moral dan meningkatnya egoisme pribadi/mementingkan diri sendiri.
Menurunnya rasa bangga, cinta bangsa dan tanah air (Patriotisme).
Rendahnya rasa hormat pada orang lain, orang tua dan guru.
Meningkatnya prilaku meresah kepentingan Publik.
Ketidak Jujuran terjadi dimana-mana.
Berkembangnya rasa saling curiga, membenci dan memusuhi diantara sesama warga negara (kekerasan SARA).
Apakah dengan kita melihat ke 10 tanda tersebut telah muncul di negeri tercinta kita ini? atau mungkin malah sudah muncul pada anak-anak kita tercinta dirumah?
Saudaraku... dengan melihat fakta dan kenyataan yang ada, wahai para pendidik dan pengambil kebijakan di bidang pendidikan serta segenap kita semua, Apakah kita masih akan mementingkan angka-angka sebagai Indikator kesuksesan Pendidikan di sekolah-sekolah?
Semoga logika dan nurani kita masih mampu bicara untuk mendobrak sistem pendidikan yang selama ini terbukti telah menghasilkan lebih banyak kegagalan bagi anak-anak tercinta.
Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, Jika kita tidak juga mau bertindak maka saya tidak tahu berapa banyak lagi penjara-penjara yang harus kita bangun bagi anak-anak kita tercinta, yang semestinya ini semua bisa kita cegah dari sekarang..!!
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.facebook.com/permalink.php?id=221652564532823&story_fbid=506218642742879