Motivasi dari Tukang Jahit Sepatu
Armia namanya, penjahit sepatu asal Desa Jeungki, Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur, Minggu (18/3/2018) pagi itu tampak serius bekerja, menjahit sepatu di pekan Kecamatan Sungai Raya.
Lapaknya bekerja, tepat di depan warung tempat saya sarapan di tepi jalan negara. Sejumlah pedagang lainnya masing-masing sibuk dengan menyiapkan tempat jualan mereka.
Usai sarapan saya memandang ke arah kakek Armia yang sedang serius menjahit sepatu. Dalam pikiran saya timbul tanda tanya, rata-rata penjahit sepatu itu sudah tua-tua, mereka tampak tekun dan serius dengan pekerjaannya itu, apakah cukup hasil dari menjahit sepatu itu untuk kebutuhan sehari-hari, tanya saya dalam hati.
Lalu saya dekati beliau, dan saya sapa"sedang jahit sepatu ya pak, sambil saya tanya namannya, dan saya foto".
Iya, jawab kakek itu sambil mengaku namanya Armia, warga Desa Jeungki, Kecamatan Peureulak.
Dimana saja bapak kerja menjahit pak? Tanya saya lagi. Di sini (di pekan Sungai Raya), dan Peureulak.
Saya tanya lagi, berapa rezeki sehari bekerja menjahit pak, Ya Alhamdulillah, kadang-kadang sampai Rp 200 ribu per hari, jawabnya tersenyum.
Saya tak memperpanjang pertanyaan, dan kemudian saya pamit pergi, sambil saya berpikir bahwa pekerjaan apapun yang jika kita syukuri dan kita tekuni pasti akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Motivation from Shoe Tailor
Armia name, tailor shoes from Jeungki Village, East Peureulak Subdistrict, East Aceh, Sunday (18/3/2018) that morning looked serious work, sewing shoes in the week Sungai Raya District.
The stalls work, right in front of the stall where I have breakfast on the edge of the country road. A number of other traders are each busy preparing their place of sale.
After breakfast I looked at Armia's grandfather who was serious about sewing shoes. In my mind a question mark, the average shoe tailor is elderly, they look diligent and serious with the job, is it enough result from sewing the shoes for daily needs, I wondered.
Then I approached him, and I greeted "I'm sewing my shoes yes sir, while I asked his naman, and I photograph".
Yes, replied the grandfather, claiming his name was Armia, a villager of Jeungki Village, Peureulak Sub-district.
Where is the work father sewing sir? Ask me again. Here (on the week River Raya), and Peureulak.
I asked again, how much money a day to work sewing pak, Ya Alhamdulillah, sometimes up to Rp 200 thousand per day, answer smiling.
I did not extend the question, and then I said good-bye, while I thought that any work that if we are grateful and we will certainly get a satisfactory result.