Amru Pane; Balada yang belum sempat didendangkan

in #music7 years ago (edited)

Ee.. pak gub, nyoe neu bloe kapai (Wahai Pak Gub, kalau mau beli pesawat)
Hoe neu jak phoe (mau terbang kemana)
Sigoe-goe neu peuding kamoe (sekali-kali bawalah kami terbang)
Tapi pak gub, nyoe na saboh hai (tapi pak gub, ini ada satu hal)
*Ci neu deungoe *(coba dengarkan)
Manteng lee that rakyat Aceh deuk-deuk troe (masih banyak rakyat Aceh yang kelaparan)
Nyan soe tanggong (itu siapa yang tanggungjawab)

Begitulah penggalan lirik lagu “Hikayat Cicem Beusoe Dhoe” yang diliriknya ditulis oleh Pan Amroe. Tak hanya itu, begitu banyak lagu yang telah dia ciptakan. Sebahagian besar ber-genre balada dengan lirik penuh kritik sosial serta gambaran nyata kehidupan disekitar kita.

Hikayat Cicem Busoe Dhoe sendiri lahir menyikapi keinginan gubernur yang baru terpilih untuk membeli pesawat. Sementara masih banyak masalah lain yang menjadi prioritas. Tapi disini aku tak ingin membahas soal polimik itu. Aku lebih tertarik membahas Pan Amru.
20170930_170629[2].jpg

Pan Amru sendiri pernah bermukim sekampung denganku. Sempat “jak keumeukuep lam puep” bersama. Kemudian dia menghilang entah kemana. Hingga suatu waktu di penghujung 2017 saat ada kegiatan bersama di Aceh Tamiang, saat balik ke banda Aceh, aku singgah ke kampungku di Bireuen. “Nyoe ka 15 thon leubeh sang hana ku jak keuno” begitu celutuknya. Begitu sampai di didepan rumah orangtua ku, dia pamit sebentar bernostalgia kerumah yang menjadi tempat singgah dimasa kecilnya. Dia terlihat bersemangat sekali saat kami melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh. Raut wajahnya begitu gembira saat bercerita reaksi saudara-saudaranya yang dikunjungi walau hanya sebentar.

Tempat tinggalnya tak pernah menetap. Dari ceritanya, dia lahir di Aceh Tamiang, kemudian ke Lhokseumawe, kemudian ke Bireuen, dan hingga kini di Banda Aceh. Di Banda Aceh-pun dia tak pernah menetap di satu tempat. Selalu berpindah-pindah. Aku tak tau alasan pastinya. Di Banda Aceh dia pernah menetap Bivak Emerom tempat bernaungnya jama’ah Komunitas @kanotbu untuk beberapa waktu sebelum sekarang menetap di Tungkop.

Dari pengalaman nomaden-nya itu mungkin dia melihat banyak realita kehidupan, mendapatkan banyak pengalaman dan cerita yang selanjutnya dituangkannya ke dalam lagu. Banyak yang sudah dipublikasi oleh teman-teman yang punya akun youtube saat bang pan tampil solo, maupun bersama group band-nya dalam beberapa even yang diselanggarakan @kanotbu maupun yang diselenggarakan pihak lain.

Banyak pula lagu-lagu yang belum terekam, apalagi masuk studio rekaman. Lagu-lagu tak terekam itu hanya didendangkan saat kawan-kawan berkumpul. Tak jarang kita baru tau ada lagu baru, saat dia sudah memegang gitarnya. Hampir semua lagunya bercerita tentang realitas kehidupan, atau pengalaman hidupnya sendiri. Lihat saja saat dia bernyanyi, dia kadang begitu menghayatiya, dia larut dalam syair sampai pernah menitikkan air mata. Walau beberapa teman pernah mendorong-dorong untuk rekaman, tapi rasanya seperti mendorong mobil mogok yang sudah tak ada rodanya lagi. Berat betul.

Pernah aku singgah ditempatnya bermukim sekarang, kutanyakan lagi kenapa tidak mencoba rekaman. Apakah soal ‘uang’?, tanyaku. Bukan, bukan itu, jawabnya. Ada yang sudah menawarkan, bahkan tinggal aku sebut nominalnya, begitu lanjut Pan Amru. Terus kenapa? desak-ku lagi. Tak banyak yang punya ‘soul’ balada di sini. Aku sering tidak puas ketika masuk rekaman, lagu-laguku hilang ‘soul’ nya. Teman-teman bermusikku banyak yang beraliran pop, makanya sulit, jawabnya. Begitulah Bang Pan, kemudian dia menjelaskan panjang lebar soal lagu-lagunya sambil sesekali dia memainkan gitar.

Kita bisa merasakan semangat saat dia tampil bersama group band-nya, Pane Band atau bernyanyi sendiri. Dia begitu bersemangat dengan musik. Satu hal yang pasti menurutku, rasa kepedulian sosialnya sangat besar. Dia selalu merespon isu-isu sosial yang dilihatnya tidak benar. Keahliannya menciptakan lagu, bermain gitar dan harmonika menjadi corong suara dan kritikan-kritikannya.

Teman-teman steemian semua yang sempat hadir pada peluncuran buku JdB di komunitas @kanotbu beberapa waktu yang lalu mungkin bisa melihat aksi Bang Pan yang dipaksa manggung oleh teman-teman walau tanpa ikut latihan bersama “No Kolor Day”. Jika kalian ingin melihat lebih jauh kebolehan Bang Pan, silahkan buka youtube dan cari namaya atau Pane Band yang menjadi teman-temannya bermain musik. Atau bagi kalian penikmat musik balada, datanglah kemarkas Sang Pan sekarang di Tungkop. Ada segudang balada yang belum direkam. Tapi tak mudah memang menunggu "mood" Sang Pan bernyanyi. Butuh sesajen khusus untuk membuatnya memegang gitar dan larut dalam lantunan balada-balada yang mungkin belum sempat terekam.

Sort:  

Pan sang legendaris..

Pawang kameng yang suka bernyanyi
Hahahaha

Bang pan kalo uda pegang gitar. Lewat sudah

@dindhud, Kayaknya kita harus mengunjungi ban pan di sarangnya

@harock, mari bang kita bawa pulang kamengnya