Musik akan terus mengalun andai jenis lainnya seperti jazz, blues, pop, metal, bahkan dangdut sekalipun tidak pernah tercipta oleh manusia. Meskipun alat musik seruling dari tulang, bambu, terompet dari gading mammoth, dan genderang dari kulit gajah, tidak ditemukan. Manusia akan tetap bersiul, mengeran, berteriak, atau bahkan menyenandungkan nyanyian alam. Ya, tidak menunggu para pemusik revolusioner dunia juga. Sebab musik adalah kehidupan itu sendiri yang bergetar, bergesekkan, atau berbenturan antara satu hal dengan lainnya.
“Baaaaang …” barangkali bunyi pertama kali yang kemudian menjadi sebuah teori popular (Big Bang) di kalangan ilmuwan, terdengar seperti demikian. Berdasarkan kutipan dari ilmusiana.com, temuan tersebut pertama kali ditemukan Abbe Georges Lemaitre, seorang kosmolog asal Belgia pada tahun 1920-an. Jauh sebelum alat-alat musik dibuat, alam telah lebih dulu melanggamkan awal kehidupan dengan ledakan. Teori big bang telah mendentumkan nada bass paling tak terhingga dalam satuan Hertz. Mengembang sebagaimana penjelasan teori tersebut hingga terbentuk bumi, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Bagi saya, peristiwa tersebut merupakan musik pertama kali yang kemudian mempersembahkan gelombang distorsi hingga harmoni. Merujuk pada berbagai referensi bahwa setelah proses ratusan juta hingga milyaran tahun kemudian, semesta terus berkembang hingga sekarang. Antarimmateri dan antarmateri berkelindan dan bermetamorfosis menjadi makhluk-makhluk dalam wujud belum sempurna.
Baca lengkap pada tautan: https://raamfest.com/menghayati-musik-paling-tua/
Keren ka :)
Makasih, ya ....
Masama ka :)