The Cruelty of Wildlife Hunters in the Aceh Forests | MyPictureDay Submission

The forests of Aceh are extraordinary. Aceh is beautiful because it has fertile soil and stunning nature so it becomes an ideal habitat for the survival of thousands of species of flora and fauna, even whose existence is very rare such as Sumatran Orangutan, Sumatran Tiger, Sumatran Elephant and Sumatran Rhino. The four animals that are protected by the law can still be found in Aceh's forests until now and only in Aceh, the four animals can still be found living together. However, this fact has always been threatened. Naturally, the names of these four wild animals have always been included in the list of protected animals, because of the decreasing population.

Hutan Aceh sungguh luar biasa. Aceh indah karena memiliki tanah subur serta alam yang mempesona sehinga menjadi habitat yang ideal bagi keberlangsungan hidup bagi ribuan jenis flora dan fauna, bahkan yang keberadaannya sudah sangat langka seperti Orangutan Sumatera, Harimau Sumatera, Gajah Sumatera hingga Badak Sumatera. Keempat satwa yang dilindungi oleh undang-undang itu, sampai sekarang masih bisa kita jumpai di hutan Aceh dan hanya di Aceh lah, keempat satwa itu masih bisa ditemukan hidup secara bersama-sama. Namun, kenyataan tersebut dari dulu sudah terancam. Wajar, nama keempat satwa liar ini sejak dulu telah dimasukkan kedalam daftar hewan yang dilindungi, karena populasinya yang semakin berkurang.

Hunting is clearly one of the causes of the existence of these animals as well as difficult to find, as well as several other factors such as habitat loss. Hunting cannot be stopped. This year alone, from January to July 2018, the patrol team from the Leuser Conservation Forum (FKL) recorded 389 hunting cases occurring within the Leuser Ecosystem Area and found 497 animal traps.

Perburuan jelas menjadi salah satu penyebab keberadaan hewan-hewan ini semkain sulit ditemukan, disamping beberapa faktor lainnya seperti kehilangan habitat. Perburuan memang tidak bisa dihentikan. Tahun ini saja, sejak Januari hingga Juli 2018, Tim patroli dari Forum Konservasi Leuser (FKL) mencatat ada 389 kasus perburuan yang terjadi di dalam Kawasan Ekosistem Leuser dan menemukan sebanyak 497 jerat satwa.

The area of the Leuser Ecosystem, which originally had an area of 2,255,577 hectares is actually also protected by law, but it can not prevent greedy hands from continuing to hunt for the animals. Various types and sizes of wildlife traps found, most used hunters to trap various species of birds, hedgehogs, deer, antelope, bear, tiger to elephant. The existence of this trap can not only kill animals or animals that exist in the forest. Humans can also be killed if exposed to this trap. It is said that most of the traps found are poisoned by hunters before they are installed. Here are some pictures ..

Kawasan Ekosistem Leuser, yang pada awalnya memiliki luas 2.255.577 hektar ini sebenarnya juga dilindungi oleh undang-undang, tapi hal itu tidak bisa menghalangi tangan-tangan rakus untuk terus memburu satwa-satwa yang ada. Berbagai jenis dan ukuran jerat satwa liar yang ditemukan, paling banyak digunakan pemburu untuk menjerat berbagai jenis burung, landak, rusa, kijang, beruang, harimau hingga gajah. Keberadaan jerat ini sebenarnya tidak hanya bisa membunuh satwa atau hewan yang ada di dalam hutan. Manusia juga bisa terbunuh jika terkena perangkap ini. Konon, sebagian besar jerat yang ditemukan sudah diracun oleh pemburu sebelum dipasang. Berikut beberapa fotonya..