Aceh Timur - Terkait Sebanyak10 paket fisik bangunan infrastruktur publik yang belum selesai di bangun dan yang diduga telah di tinggal pemborongnya, di kawasan transmigrasi SP6, Desa Alur Pinang, Kecamatan Peunaron, Aceh Timur.
Anehnya, Camat dan Keuchik juga tidak mengetahui terkait pembangunan fisik tersebut.
Akramuddin, Camat Peunaron saat di komfirmasi via handpond mengatakan bahwa tidak mengetahui proyek didalam kawasan SP6.
"Kita tidak mengetahui sama sekali terkait proyek itu, karena tidak ada koordinasi, terkait persoalan ini kita akan melaporkan pada Bupati" Ungkap Akramuddin.
Aceh Timur - Related A total of 10 physical packages of unfinished public infrastructure buildings were built and alleged to have been living in their contractor, in SP6 transmigration area, Alur Pinang Village, Peunaron Sub-district, East Aceh.
Strangely, the Camat and Keuchik also do not know related to the physical development.
Akramuddin, Peunaron Sub-district when in the confirmation via handpond said that did not know the project in SP6 area.
"We do not know at all about the project, because there is no coordination, related to this issue we will report to the Bupati" Akramuddin revealed.
Sementara itu, Kepala Desa Aluer Pinang Karmansyah Baiti, saat di hubungi via handpond, dihari yang sama juga mengungkapkan hal yang sama bahwa dirinya tidak mengetahui proyek tersebut.
"kita tidak tahu sama sekali terkait proyek itu, siapa pun pemiliknya jika pekerjaan nya tidak baik harus bertanggung jawab" tegas Baiti.
Meanwhile, Head of Aluer Pinang Village Karmansyah Baiti, when in contact via handpond, the same day also revealed the same thing that he did not know the project.
"we do not know at all about the project, whoever owns it if his work is not good must be responsible" said Baiti.
Diketahui jarak tempuh antara kawasan pemukiman tranamigrasi dengan pusat kecamatan Peunaron mencapai 8 kilo meter.
"Menuju SP6 dapat menghabiskan waktu sekitar 2 jam, akses yang di lalui berlumpur saat musim penghujan, kita sangat menyesalkan kondisi ini saat pembangunan masuk Camat dan kepala Desa tidak mengetahui, padahal SP6 sangat membutuhkan sarana publik yang layak seprti jalan, air bersih dan tapal batas, kita target Sp6 menjadi desa kedepan dengan aset yang di miliki dan kemandirian ekonomi" Ungkap Herman warga setempat, yang juga anggota DPRK.
Kata Herman Sekitar 100 kepala keluarga berdomisili diperumahan transmigrasi SP6 mereka mendiami kawaaan itu sejak 2010 silam, dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani dan berkebun. Di kawasan itu juga terdapat gedung sekolah dasar, masjid dan fasilitas umum lainnya. Harapan masyarakat pemerintah dapat membangun segala fasilitas umum yang layak.
Known distance between residential areas tranamigrasi with Peunaron district center reaches 8 kilo meters.
"Towards SP6 can spend about 2 hours, access in the muddy during the rainy season, we deeply regret this condition when the construction of the entrance of the Camat and the village head did not know, whereas SP6 desperately need decent public facilities such as roads, clean water and border , we target Sp6 to be a future village with assets that are owned and economic independence. "Herman reveals local residents, who are also members of the DPRK.
Herman said About 100 heads of families living in residential transmigration SP6 they inhabit the kawaaan since 2010 ago, with the majority of the population work as farmers and gardening. In the area there are also elementary school buildings, mosques and other public facilities. The hope of the government community can build all decent public facilities.
upvote and comments in my last post, thanks!
Di desa kami juga terdapat proyek 2017 yang bermasalah...
banyak yang terjadi demikian ya