Perang semakin sengit di Suriah. New York Times melaporkan, berdasarkan data Badan Pengungsi PBB pada hari Selasa kemarin, lebih dari 133.000 orang telah meninggalkan pinggiran ibu kota Suriah, Damaskus. Warga menghindari serangan militer pemerintah.
Eksodus juga terjadi dari pinggiran kota, Ghouta Timur, kantong utama yang dikuasai pemberontak terakhir oleh sekutu Iran dan Rusia, ketika pemerintah Presiden Bashar al-Assad telah merebut kembali kendali atas sebagian besar wilayah tersebut. Diperkirakan lebih dari 1.600 orang tewas dalam aksi tersebut.
Pada hari Minggu, kelompok di Douma, sebuah kota di Ghouta Timur, dilaporkan muncul serangan senjata kimia oleh pasukan pemerintah. Meskipun pejabat Rusia dan Suriah telah membantah pihaknya menggunakan senjata kimia.
Para ahli dan pejabat Barat mengatakan, beberapa kali dalam perang sipilnya selama tujuh tahun, Suriah telah menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri, termasuk serangan gas sarin di Ghouta pada tahun 2013 yang oleh beberapa lembaga memperkiraan lebih dari 1.000 orang tewas.
Gelombang pengungsi dari Ghouta Timur, wilayah dengan ratusan ribu warga sipil, adalah yang terbaru dalam perang yang telah menelantarkan jutaan orang ini. Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi pada Selasa melaporkan adanya lonjakan korban dan pengungsi.
Puluhan ribu warga sipil tetap terperangkap di Ghouta Timur, dan badan-badan bantuan baru saja mulai memahami sepenuhnya kebutuhan kemanusiaan di daerah di mana bertahun-tahun pengepungan telah menyebabkan kekurangan gizi di antara anak-anak dan kekurangan obat-obatan.
Badan-badan bantuan berjuang untuk mengatasi kebutuhan orang-orang yang melarikan diri dari Ghouta Timur, termasuk lebih dari 45.000 yang terbagi menjadi delapan tempat perlindungan di sekitar pinggiran Damaskus. Mereka hidup dalam kondisi ramai dan kurangnya sanitasi hingga mengancam kesehatannya.
#PrayforSuriah
Save childrens suriah..
People who liked this post also liked:
Ekonomi Politik Media [14] by @halidabahri
Ideologi Media [5] by @masriadi
Central Bank of Indonesia: Receive Blockchain, Reject Crypto | Bank Indonesia: Menerima Blockchain, Menolak Cryptocurrency | by @ayijufridar