Banyak anggapan orang bahwa apa bisa santri mondok sambil kuliah ? maka jawabnya adalah bisa.
Sebagai contohnya adalah Mawardi, beliau selain nyantri juga merupakan seorang Maha siswa di IAIN Lhokseumawe.
Awal keinginan beliau untuk kuliah adalah beliau menilai bahwa pesantren itu sebagai sebuah sistem pendidikan tertua di Indonesia yang murni hasil pemikiran bangsa indonesia patut mencetak kader-kader Intelektual Progresif agar output pesantren sendiri tidak kalah bersaing dengan output-output lulusan pendidikan sekuler. Persaingan terus bergulir, Santri sebagai output murni pendidikan khas Indonesia harus memiliki sensasi pemikiran di banding yang lain. Derasnya opini tentang era baru peradaban manusia yang sering disebut Globalisasi menjadi tantangan besar bagi kami kamu bersarung (Santri).
Apalagi dunia semakin maju dan tantangan bagi kaum bersarung pun semakin besar maka beliau mengambil keputusan untuk kuliah.
Sebagai seorang mahasiswa di IAIN Lhokseumawe dan sekaligus juga seorang santri di pondok pesantren Darul Muttaqin Al’aziziah tentu berbeda dengan Santri yang murni dan juga Mahasiswa yang murni. Santri yang waktu di pesantren hanya berpakain baju kamis, kain sarung dan surban, tetapi berbeda pada waktu di kampus yang pakaian pakek sepatu, celana kain dan baju kemeja.
Santri Mahasiswa di pandang harus lebih pandai dalam mengatur waktu untuk belajar materi pesantren dan materi di kampus. Karena santri yang sekaligus mahasiswa itu akan lebih berat kerjaannya dibandingkan dengan santri murni ataupun mahasiswa murni. bagaimana tidak Santri yang sekaligus Maha siswa pada malamnya harus belajar ngaji sampai jam 2 malam, bahkan tidak sempat tidur, jikalaupun ada waktu untuk tidur itupun hanya 2-3 jam karna jam 04:30 udah dibangunkan lagi oleh Haris (petugas di pesantren).
Paginya pun mandi, langsung berangkat ke kampus dan sore baru pulang, maka oleh karena demikian Santri yang sekaligus Mahasiswa itu harus ada buku waktu harian. Apa yang harus dikerjakan hari ini jangan tunda sampai besok. Apalagi seorang Santri Mahasiswa yang juga aktif di organisasi kampus. Karena di organisasi kita akan tau banyak hal yang tidak ada di ruang kuliah dan di pondok pesantren.
Oleh karena demikian makanya beliau mengambil jurusan Hukum Keluarga Islam karena mengingat jurusan tersebut tidak jauh berbeda dengan pelajaran di pondok pesantren.
Setelah beliau jalani, memang tidak mudah menjadi santri sekaligus mahasiswa dalam satu waktu. Banyak hal-hal yang tidak secara langsung saling bertentangan. Dan bagi beliau itu tidak mudah. Dan banyak hal-hal yang perlu difilter kan dan dikorbankan, karna dari sisi lingkungan pun udah berbeda. Di kampus beliau harus benar-benar waspada dengan segala sesuatu yang bisa merusak keimanan, apakah itu dari segi cara mencari kawan dan semacamnya, bahkan yang paling populer sekarang adalah godaan perempuan (pacaran). Sebagai seorang laki-laki normal, tentu ingin mempunyai seseorang yang bisa di ajak jalan-jalan. Tetapi, apakah cukup sekedar ingin dan mengikuti nafsu? Itulah alasan yang paling kuat menahan beliau untuk tidak terjerumus ke dunia pacaran, karna jika kita sudah terjerumus maka sangat susah untuk keluar dari dunia tersebut.
Sebagai pelampiasan beliau terhadap ilmu agama mulai kuliah dari semester 1 hingga sekarang yang udah akhir dari semester 2, maka beliau sering berdiskusi dengan teman-teman seperjuangan beliau baik di pesantren maupun di kampus.
Karena dengan berdiskusilah pikiran akan menjadi tenang dan hati menjadi tentram, apa yang tidak beliau tau akhirnya sedikit demi sedikit beliau tau.
Itulah kisah Mahasiswa bersarung (Mondok sambil kuliah).
Hello @kangmawardi, apa kabar? Kami telah upvote ya..
okay iya..
baik..
terimakasih
,.جيّد جدًّا