Keluarga merupakan lingkungan yang paling utama dalam kehidupan seorang anak. Saat pertama kali anak dilahirkan, orang tua adalah orang yang pertama yang ia dengar dan dya lihat. Selain itu, orang tua juga merupakan pendidik pertama bagi anak-anaknya. Hal ini tersirat dimana saat orang tua memiliki seorang anak, mereka akan mengajarkan anaknya bagaimana cara berbicara, berjalan, makan dengan benar, serta kemana anak harus pergi ketika ingin buang air.
Lingkungan keluarga dinilai juga sangat penting, karena kehidupan serta karakter seorang anak sebelum masuk ke dunia pendidikan sekolah terbentuk disini. Sehingga keluarga sangat berperan penting untuk anak ketika akan memasuki dunia pendidikan sekolah.
Pendidikan adalah faktor yang paling mendasar dalam kehidupan manusia, seperti kata-kata yang sangat populer dalam dunia pendidikan. “Pendidikan itu adalah proses memanusiakan manusia” ini berarti proses yang membuat makhluk yang bernama manusia memiliki sifat manusiawi atau sesuai kodrat manusia melalui pendidikan.
Ada tiga aspek penyelenggara perkembangan pendidikan pada anak yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat, masing-masing mempunyai hubungan yang saling berkaitan, dan keluarga merupakan aspek yang paling penting.
Faktanya, setiap orang tua menginginkan anak-anaknya belajar di sekolah-sekolah yang berkualitas, tak jarang orang tua rela mengeluarkan biaya yang mahal demi anaknya dapat mengenyam pendidikan di sekolah bertaraf internasional sekalipun. Bagi orang tua yang mampu, uang tak menjadi persoalan jika anaknya mau. Namun bagi orang tua yang berpenghasilan tidak tetap dan pas-pasan, dapat menyekolahkan anaknya saja sudah cukup membuat mereka puas serta dengan bermodal tekad yang kuat serta doa agar anaknya kelak menjadi kebanggaan.
Tidak dipungkiri, anak yang belajar di sekolah bertaraf internasional sekalipun, belum tentu memiliki akhlak sesuai dengan pendidikan yang diterima di lembaga pendidikan tersebut apabila tidak ada faktor keluarga yang mendukungnya. Sehingga dengan adanya faktor pendukung dari keluarga, walaupun anak belajar di sekolah standar biasa sekalipun ia akan menjadi semangat dalam belajar dan menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan di sekolahnya.
Di era serba digital saat ini, kebanyakan sekolah telah memakai media internet dalam proses pembelajaran. Selain orang tua, pihak sekolah adalah salah satu tim pengawas tua ketika anak menjelajahi dunia maya. Namun, fenomena yang membuat hati miris dalam era digital saat ini, maraknya anak dibawah umur yang bermain media sosial internet (medsos) tanpa pengawasan orang tua ketika proses belajar mengajar di sekolah telah usai. Mereka mulai membuka situs-situs yang tidak layak untuk dilihat, mencoba merokok, narkoba, seks bebas serta menjadi seorang pem-bully. Ini merupakan contoh-contoh dari anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua atau keluarga yang sibuk dengan pekerjaannya, tanpa memiliki waktu untuk anak atau karena orang tua tersebut terlalu menuntut anaknya untuk menjadi seperti yang mereka inginkan tanpa peduli keinginan dari anaknya sendiri, baik di bidang cita-cita maupun hobinya. Sehingga anak merasa tertekan dan mulai menjadi seorang yang menutup diri dari keluarga dan mencoba-coba hal negatif.
Sebagai orang tua yang mendambakan kesuksesan anaknya, harusnya dapat memberikan peran aktif pada anaknya. Seperti menjalin komunikasi dan interaksi yang yang baik, menciptakan kondisi belajar di rumah yang kondusif, mendukung bakat anak, memberikan apresiasi terhadap prestasi yang telah dicapai anak, mendampingi serta menjadi pendengar yang baik untuk anak, dengan demikian orang tua akan menjadi alasan dan faktor pendorong anak dalam proses pendidikannya, baik di rumah maupun di sekolah. Orang tua juga harus menjalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah guna mengetahui perkembangan belajar anaknya di sekolah.
Dengan adanya dukungan dari orang tua dan keluarga membuat anak merasa di cintai dan diharapkan, dengan demikian anak menjadi lebih semangat dalam belajar.
Dengan demikian, dalam mempelajari hal-hal yang baru, anak-anak juga akan memiliki interaksi yang baik dengan orang tuanya. Anak akan meminta pendapat pada orang tuanya apakah yang akan dipelajari tersebut memiliki dampak baik atau buruk, ini dikarenakan anak telah mempercayai orang tuanya sebagai mitranya dalam interaksi dan belajar.
Saat ini banyak sekali terjadi tindakan-tindakan yang memalukan di negeri ini seperti korupsi, suap dan masih banyak lagi. Namun, anehnya para pelaku tindakan kejahatan tersebut adalah orang-orang pintar yang bergelar sarjana dari berbagai lulusan universtas yang ternama. Melihat fenomena-fenomena yang terjadi saat ini, sepertinya ada yang salah dengan pola pendidikan formal di Indonesia dan semestinya harus dikaji ulang. Pola pendidikan formal saat ini hanya mengajarkan ilmu-ilmu dunia sehingga banyak menghasilkan orang-orang pintar tetapi sayangnya mereka tidak terdidik dan memiliki budi pekerti yang lemah. Akibatnya orang-orang pintar tersebut malah menjadi orang yang bejat, maling dan penindak kaum yang lemah. Padahal seharusnya merekalah yang menjadi penolong dan pemimpin yang baik untuk menciptakan kemaslahatan bagi orang banyak.
Terlebih lagi,saat ini banyak sekali orang-orang yang berpendidikan tinggi dan mengaku beragama, tetapi tindakan mereka sangat memalukan dan meresahkan masyarakat sekitar. Contohnya adalah, para dewan yang ‘’katanya’’ terhormat banyak yang tertangkap tangan melakukan korupsi atau penyuapan. Parahnya lagi tindakan tersebut dilakukan bersama-sama dengan teman-teman mereka yang juga “katanya” terhormat. Yang lebih miris saat mereka tertangkap oleh pihak yang berwajib, mereka malah dengan tenang dan melemparkan senyum yang lebar kepada masyrakat. Seolah-olah mereka senang dengan apa yang mereka perbuat. Bukankah mereka malu dengan tindakan tersebut, apakah mereka tidak mengetahui atau tidak pernah diajari bahwa memakan uang yang bukan haknya adalah perbuatan dosa dan haram hukumnya bagi mereka dan keluarganya.
Memang mereka itu sudah kehilangan akal sehat dan putus sudah urat malunya. Bahkan ada saja orang yang jelas-jelas terjerat kasus korupsi yang menjadi ketua atau pemimpin suatu instansi. Bukankah ini sangat memalukan? Oleh karean itu, sistem pendidikan formal yang ada saat ini harus segera direvisi dengan tidak hanya mementingkan hasil, tetapi lebih mementingkan suatu proses untuk mencapai suatu keberhasilan agar tidak lagi mencetak orang-orang pintar yang memintari, bukannya orang-orang pintar yang mendidik.
By: Tia Audina
mantap... ini benar sekali. semoga para orang tua selalu hadir bagi anak-anaknya..