Untuk membuktikan isi dari novel „99 cahaya di langit Eropa“, saya bersama beberapa orang teman mengunjungi Museum Louvre di kota mode Paris. Tidak mudah untuk masuk ke museum ini karena begitu banyak pengunjung yang datang tiap harinya. Harus antri dulu yang lama hahaha.
Kami tiba di Museum sekitar jam 12:30 siang dengan mengambil beberapa poto di bagian luar museum dengan piramida kacanya yang luar biasa indah, kemudian kami mulai mengantri dibawah terik matahari selama kurang lebih satu jam. Antrian lumayan panjang dan museum ini yang juga merupakan salahsatu tujuan para turis di kota cahaya tersebut. Setelah membeli tiket di kasir, barulah kami memulai eksplorasi museum. Ada hal unik tentang harga tiket masuk museum, untuk mahasiswa arsitek tidak dikenakan biaya dan untuk pengunjung yang berusia dibawah 26 tahun juga gratis, sayangnya waktu itu saya baru beberapa bulan menginjakkan kaki di usia 26 tahun. Jadi, sebelum berusia 26 tahun, segeralah ke Paris, karena kalian bisa masuk ke semua museum di Paris tanpa biaya alias free.
Eksplorasi pertama kami di bagian Islamic chamber. Ada banyak koleksi peninggalan islam di museum ini yang belum pernah saya liat sebelumnya seperti keramik, pahatan batu dan ukiran kayu lainnya. Di lantai dasar ada banyak peninggalan dari turki seperti karpet, baju besi, pedang, keramik dan benda-benda ukiran lainnya.
Kemudian kamipun move on ke bagian lainnya dimana kami menemukan patung-patung karya pemahat legendaris seperti salahsatu karyanya Michelangelo yang berjudul „Dying slave”. Tanpa sadar kami terbius dengan kekaguman pada karya-karya pemahat dan pelukis yang pada masa itu telah berhasil menghasilkan karya-karya yang luar biasa dengan detail lukisan dan pahatan yang tinggi.
Ada sangat banyak pengunjung yang berebutan untuk bisa memotret lukisan legendaris „Monalisa“. Awalnya kami tidak mengira kalau itu adalah ruang dimana lukisan karya Leonardo Da Vinci dipamerkan. Namun melihat animo para turis yang cukup besar, tidak heran kalau pamor lukisan tersebut memang sangat tinggi.
Ada begitu banyak ruangan yang memamerkan ratusan lukisan di museum Louvre ini, seperti tidak ada habisnya. Dan akhirnya kami menemukan yang kami cari-cari. Ruang dimana lukisan „Bunda Maria“ berada. Di sini kami langsung saja melirik pada selendang „Bunda Maria yang ternyata memang bermotif bahasa Arab. Tulisannya mirip sekali dengan kalimat syahadat (dalam khat Koufi, salah satu khat (font) dalam kaligrafi islam), namun saya tidak bisa memastikan apakah itu memang benar kalimat syahadat karena tulisan arab di selendang tersebut yang putus-putus. Saya sempat mengabadikan beberapa poto dari „Bunda Maria di ruangan tersebut, silakan dilihat sendiri. Dari ulasan novel „99 cahaya di langit Eropa“ dinyatakan bahwa pelukis pada waktu itu menyukai ukiran dan motiv berbau timur tengah, sehingga mereka melukis kalimat syahadat pada kerudung Bunda Maria sebagai hadiah untuk sang raja yang berkuasa.
Well, kunjungan ke Museum Louvre membuat saja paham akan satu hal, bahwa dunia ini cukup luas. Dan masih banyak misteri lainnya untuk dipecahkan dan dipahami. Ada banyak jejak islam di benua biru ini yang sangat disayangkan untuk dilewatkan begitu saja. Ada banyak hal-hal yang sebelumnya belum diketahui dan sekarang saya tahu keberadaannya. Siap-siap dengan petualangan berikutnya, langsung cek harga tiket. Duduk di rumah memang nyaman, tapi ketika kita menjelajah, kita akan paham betapa kecilnya kita di dunia ciptaan Allah ini. Dan ada begitu banyak hal yang belum kita ketahui dan pelajari. Keep traveling guys!!!
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://blog.zakiulfuady.com/2015/09/04/benarkah-ada-kalimat-syahadat-di-kerudung-bunda-maria/
of course. I wrote both content. because my previous blog which is mentioned by you has been suspended, therefore, I post this topic here