Sst…pernah bertengkar dengan suami? Kalau kita mau jujur, pasti pernah mengalaminya. Dari jenis pertengkaran taraf HOBIT (hobi si dia bikin tegang) hingga tahap sangat anarkis seperti UFO (Unidentified Flying Object, sejenis piring terbang). Tapi…banyak pasangan yang pernikahannya berusia panjang juga bertengkar, sama dengan pasangan yang baru 3 bulan sudah cerai. Terus, apa bedanya? Bedanya…mereka bertengkar dengan baik dan harmonis. What?
Begini…pernikahan itu seperti benda hidup. Misalkan otot, jika ingin otot kita kuat maka ia harus dilatih keras, dicabar agar berkontraksi dengan kuat. Harus ada pertengkaran, tapi dengan pertengkaran itu kita berlatih untuk pandai mengendalikan emosi, mencegah depresi dan mencari solusi. Pokoknya ‘si’.
Ada seorang psikolog ahli relationship, John Gottman, menjadikan puluhan pasangan yang telah menikah lebih dari 30 tahun sebagai subjek penelitiannya tentang apa hal yang membuat mereka bertahan begitu lama bersama. Ia dapatkan bahwa mereka juga bertengkar, terkadang sangat seru perkelahian mereka, sampai pada tahap teriak-teriak. Lalu Gottman juga mewawancarai pasangan yang telah bercerai dan bertanya bagaimana cara mereka bertengkar. Setelah mendapat banyak informasi, ia menganalisanya dan mendapatkan temuan-temuan yang menarik.
Ada 4 temuan yang ia sorot:
Pasangan yang bercerai senang menyebut karakter pasangannya (kamu tu bodoh) sedangkan pasangan yang awet biasanya menyebut hal yang dikerjakan pasangannya yang tidak tepat (apa yang kamu lakukan itu yang kurang tepat).
Pasangan yang bercerai suka memindahkan kesalahan pada pasangannya (aku tidak akan begini kalau kamu tidak terlambat menjemput)
Pasangan yang bercerai suka merendahkan suami/istrinya, membuat mereka jadi rendah diri.
Pasangan yang bercerai suka menghindar, tidak mau bertemu setelah bertengkar. Sedangkan pasangan yang awet tetap bertemu dengan usaha melupakan ketegangan yang tadi ada.
Dari penelitian itu kita dapat menyimpulkan beberapa tips bertengkar dengan sehat dan dapat menjaga keharmonisan:
- Jangan mengejek orangnya, tapi salahkan perbuatannya, agar harga diri pasangan tetap utuh.
- Tidak perlu mengungkit-ungkit pertengkaran sebelumnya supaya tidak tambah parah.
- Jangan lari dari medan pertempuran, kecuali lari-lari di lapangan depan rumah selama 15 menit ataupun tidur selama 2 jam. Tidak perlu bernyanyi ‘pulangkan aku…’
Ingat bahwa kita tidak perlu pengakuan bahwa kita benar, tapi kita memerlukan rasa saling menghormati. Mungkin anda benar, tapi jika pasangan merasa tak dihormati maka anda sebenarnya kalah.
Sebenarnya banyak penelitian lain yang menyebutkan bahwa factor terpenting yang melanggengkan pernikahan adalah ‘saling menghormati’ bukan ‘komunikasi yang baik’. Terkadang kita banyak berkomunikasi, bincang bersama tapi ternyata tak menghasilkan rasa saling menghormati. Bubar juga hasilnya. Maka…perlu latihan saling menghormati. Maka marilah kita berlatih bertengkar tapi tetap menghormati harga diri pasangan agar pernikahan kita tetap harmonis. Bertengkarlah dengan harmonis.
Nice post as always, welcome to steemit kak rosa
Thanks, ini baru belajar nge-steem. mohon bimbingannya.