Senja hadir tepat waktu setiap akhir sore. Seolah senja adalah supir penjemput malam. Pada senja, biasanya orang – orang menaruh harapan. Mengalirkan doa – doa terbaik agar dikabulkan. Sebagian pula senja menghadirkan kekesalan bagi manusia. Bagaimana tidak, jika senja yang ada adalah hiruk pikuk.
Bukan senja yang digambarkan sangat romantis oleh para pujangga. Senja di perkotaaan, di mana waktu itu adalah saat manusia pulang dari aktivitasnya. Senja bukan lagi indah. Senja menjadi tempat sumpah serapah bagi mereka yang kesal karena macet dan sangat terburu sampai rumah. Senja bukan lagi romantis ketika tak ada perbedaan laki – laki maupun perempuan didahulukan.