Satu hal yang paling saya sukai ketika pulang ke rumah nenek di Teupin Raya, Pidie, Aceh yaitu berbelanja ke pasar pagi Lueng Putu di Pidie Jaya. Memang sih membutuhkan perjuangan tersendiri karena harus pergi pagi-pagi. Itu artinya aku juga harus bangun pagi-pagi. Alternatif lain berbelanja di pasar Teupin Raya, tapi pasarnya baru buka setelah zuhur. Pasar Lueng Putu ini juga menjadi lokasi pasar daging setiap kali makmeugang tiba menjelang lebaran. Tapi posisinya berada di antara los pakaian.
Pasar ini berada di perbatasan antara Kabupaten Pidie dengan Kabupaten Pidie Jaya (pemekaran dari Pidie). Jadi, jangan heran kalau banyak warga Pidie yang berbelanja ke pasar pagi ini. Kebalikan dari pasar Teupin Raya yang baru aktif setelah zuhur, pasar Lueng Putu ini justru sepi setelah siang. Kalau mau berbelanja ke sini bagusnya di bawah pukul 12.00 WIB. Kalau pasar paginya pukul sepuluh malah sudah nggak ada lagi yang jualan.
Pernah lihat pasar pagi di Kampung Lalang, Medan? Nah, pasar pagi ini juga mirip-mirip begitu. Letak pasarnya persis di tepi jalan raya Medan-Banda Aceh, di simpang tiga jalan Langgien-Jiemjiem. Para pedagang memanfaatkan jalan protokol untuk menggelar lapak dagangan mereka. Walaupun letaknya di kawasan jalan raya yang padat lalu lintas, tapi kita tidak perlu khawatir. Setiap bus yang lewat area ini pasti sudah mafhum deh, mereka nggak akan ngebut. Warga bebas berlalu-lalang. Para pedagang pun nggak ragu-ragu menggelar lapaknya hingga ke bibir aspal. Melihat aktivitas di pasar pagi ini memberikan sensasi tersendiri deh pokoknya. Umumnya para pedagangnya adalah perempuan.
Lihat deh, seorang pedagang dikerubuti pembeli sampai begini rupa. Perempuan pedagang ini namanya Nurlaila, tinggalnya di Langgien. Dia sampai tak bisa ambil napas saking banyaknya pelanggan yang menyerbu lapaknya. Aku dan Mak yang tiap kali ke pasar ini pasti berbelanja padanya selalu terkesima melihat bagaimana Cek Laila melayani langganannya. Ia sangat gesit. Semua bisa ia handle sendiri. Perempuan Aceh memang luar biasa. Aku dan Mak pada Rabu, 13 Juni 2018 berbelanja kebutuhan dapur sebelum makmeugang.[]
all picture taken by smartphone Oppo A37f
Postingan yg sederhana tapi bisa memberi gambaran kondisi diwilayah pidie jaya, sy jg sering belanja di pasar pagi tradisional temani istri kalo lg libur, mnurut sy itu aktivitas pagi yg menyenangkan..
Hehehe... iya betul, dengan sering-sering ke pasar tradisional kita jadi bisa tahu bagaimana gerak perekonomian masyarakat kita, turut senang bisa menjadi bagian dari rantai itu.
Follow back yaaa. 😁
Bek tuwe upvote cit. Hahaha
Hahaaa beres beress
selamat lebaran kepada dirimu.. minal aidin walfaizin 🙏.. maaf telat ngucapin 😁
selamat lebaran juga Rifki, mohon maaf lahir dan batin juga....salam riraya yaa ;-) tak apa telat, yang penting ingat hihihi
Kapan-kapan kita cari gule rampoe bareng-bareng. Haha
Lantas, masak bareng?
Konon kabarnya dahulu ada penjual putu yang legendaris hingga melekatlah ia padanya, masih adakah putu legendaris itu atau jangan-jangan sudah dinasti ke tiga yang melanjutkan
Wahhhhh nggak pernah dengar cerita itu. Ntar deh ditanya tanya...
Sepertinya bagaimana pun wujud pasar, tetap saja menunggu dipaksa atau terpaksa, baru mau jalan-jalan ke pasar.
Hahaaa kakak laenlah....
Hello @ihansunrise, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine. The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!
thank you @creativecrypto...