Pertunjukan Teater dengan Naskah Kemerdekaan karya Wisran Hadi yang mana naskah ini menggambarkan tentang dua orang laki-laki tokoh Yang Tua dan tokoh Yang Muda. Mereka mengasingkan diri di atas bukit berbatu. Mereka telah bertahun-tahun terkurung di sana. Yang mengurung mereka adalah pikiran mereka sendiri, pikiran orang lain, ideology yang berbeda. Mereka sama-sama menginginkan merdeka. Namun merdeka yang penggarap maksud di sini bukan hanya merdeka dalam konteks kemerdekaan NKRI, namun juga merdeka dalam bertindak, berpendapat, berbicara, dan berlaku.
Tokoh yang tua telah tidak sanggup lagi untuk terus terkurung di sana dan ingin keluar secepatnya, namun tokoh yang muda terus saja menahan tokoh yang tua. Karena tokoh yang muda meyakini bahwa yang dilihat dan di dengar oleh tokoh yang tua hanya fatamorgana. Tokoh Yang Tua diperankan oleh Raden Afrizal Gilang Anarkhi, tokoh Yang Muda diperankan oleh Ikhsan Satria Irianto.
Naskah Kemerdekaan Karya Wisran Hadi menarik perhatian khalayak umum hingga sekarang. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya pementasan naskah Kemerdekaan Karya Wisran Hadi yang dimainkan oleh sekelompok teater dengan mengadaptasi sesuai dengan pemikiran seniman-seniman tersebut.
Pertunjukan ini merupakan sebuah karya Penyutradaraan Postrealisme dari salah satu mahasiswa Program Studi Seni Teater Institut Seni Indonesia Padangpanjang Angkatan 2015 dengan minat Penyutradaraan yang bernama Zulhijasri atau saya sendiri yang berlangsung pada tanggal 12 Januari 2018 pukul. 20.00 WIB di Gedung Pertunjukan Mursal Esten Institut Seni Indonesia Padangpanjang.
Wisran Hadi adalah seorang seniman minangkabau dan budayawan yang memenangkan penghargaan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia dan beberapa penghargaan dari luar negeri, seperti dari Thailand. Penulis prosa berdarah Minang ini adalah salah satu seniman yang konsisten berkarya hingga hari tuanya.
SINOPSIS
Sampai disana nanti kau akan kecewa. Kemerdekaan yang kau lihat itu hanyalah Fatamorgana. Cahaya bulan yang memantul di batu-batu karang kemudian dihembus angina malam yang kau tangkap bersama ketakutan masa depanmu. Kemerdekaan bukanlah nyanyian, bukan pesta pora.
TEMA
Membebaskan diri.
KONSEP PENYUTRADARAAN
Alasan sutradara memilih naskah Kemerdekaan karya Wisran Hadi untuk di garap adalah karena sutradara menyukai alur cerita naskah,dari segi estetika naskah tersebut, yang mana settingannya di dalam kurungan, alur yang suasana yang mencengkam, namun di sela-sela suasana mencengkam.. Rancangan penyutradaraan mewujudkan setting pentas naskah Kemerdekaan menggambarkan Interior yang sangat artistik. Rancangan pentas dibuat berupa symbol-simbol untuk pencapaian penghayatan penonton terhadap latar tempat, waktu, dan kejadian dalam lakon, yang mana ber latar di atas bukit berbatu dan di dalam kurungan.
Sutradara sebagai pencipta menginginkan aktor sebagai kreator yang peranannya cukup besar dalam proses penciptaan. Sutradara memberikan kebebasan dalam pencarian aktor terhadap karakter lalu mengarahkan sesuai dengan konsep yang pencipta rancang.Selain itu sutradara juga memberi impuls pada pencarian aktor agar lebih mudah mendapatkan karakter yang ingin sutradara transformasi.
Naskah Kemerdekaan karya Wisran Hadi merupakan naskah Surealisme. Surealisme adalah suatu aliran karya seni dimana para kaum surealis ini akan selalu berusaha membebaskan dirinya dari control kesadaran dunia layaknya sebebas-bebasnya orang yang bermimpi dalam membuat suatu karya. Surealisme merupakan bentuk seni abad ke 20 dimana seorang seniman/ penulis menghubungkan gambar atau peristiwa yang tidak terkait dalam cara yang sangat aneh layaknya mimpi. Surealisme juga merupakan gerakan budaya untuk mengungkapkan gerakan filosofis yang memiliki unsur kejutan didalamnya. Unsur kejutan ini dapat kita lihat dari ketidaklazimannya dimana dua atau beberapa hal berbeda disatukan.
Naskah kemerdekaan karya Wisran Hadi merupakan naskah yang mewakili emansipasi sosial. Berbicara tentang kemerdekaan akan menjadi perdebatan panjang dan tidak aka nada usainya. Kemerdekaaan secara universal merupakan kebebasan berpikir dan bertindak namun tidak serta-merta memunculkan keegoisan. Setiap orang menginginkan hidup yang tidak tertindas atau dirugikan oleh pihak manapun.
Naskah ini ditulis pada zaman pergerakan kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan yang di maksudkan penulis naskah memiliki ambiguitas makna. Arahan masalah yang diperbincangkan di dalam naskah menjadi sangat kompleks ketika permasalahan kemerdekaan tidak hanya identik dengan perang fisik seperti perang senjata. Namun hal ini dapat di artikan sebagai pemaknaan panjang terhadap sebuah kebebasan baik bertindak maupun berpikir.
Kemerdekaan yang hakiki itu memang tidak ada,akan tetapi manusia terus saja mencari dan terus saja mencari hingga manusia akan bertemu dengan kebosanan dan kejenuhan. Pada naskah ini tokoh yang muda mempunyai harapan yang tinggi untuk merdeka, namun lebih menggunakan logika, sedangkan tokoh yang tua lebih menggunakan perasaan. Kedua tokoh ini berada pada keadaan yang mengekang mereka, keadaan yang begitu rumit dan dikelilingi oleh lawan dan teman yang begitu banyak di sekeliling mereka. Mereka meyakini bahwa kemerdekaan ditentukan oleh kekuatan.
Tokoh yang tua menginginkan sebuah kedamaian namun ia masih berada dalam kesangsian. Tetapi tokoh yang muda dihantui beribu ketakutan dan meyakini bahwa kemerdekaan merupakan fatamorgana, kemerdekaan bukanlah nyanyian melainkan harapan.
Disini penggarap menyimpulkan dari dialog bahwa kemerdekaan yang dimaksudkan adalah kemerdekaan atas diri sendiri. Kemerdekaan dari pikiran-pikiran diri sendiri dan orang lain bahwa sebenarnya manusia masih berada dibawah tekanan orang lain.
Dalam kerja Penyutradaraan Post Realisme penggarap menggunakan gaya teater Simbolis. Dimana setiap aktor diarahkan ke laku yang menggambarkan simbol-simbol dari penggarap inginkan. Setiap actor diarahkan kepada keadaan-adaan dan situasi yang tertulis di dalam naskah dengan cara simbolis. Laku ini didukung oleh set properti yang memiliki empat sisi berbeda secara bentuk dan makna. Untuk menjaga dramatik pertunjukan, penggarap mengadopsi beberapa metode akting stanistavsky dari Persiapan Seorang Aktor seperti : Eksplorasi dan Konsentrasi.
PERANCANGAN ARTISTIK
Set dekor dalam pementasan naskah Kemerdekaan ini berpedoman pada konsep perancangan secara symbol yakni penghadiran lakon secara representatif. Penataan set dekor dalam pementasan Kemerdekaan meliputi: Sebuah kotak besar dengan ukuran lebar 2M dan tinggi 3M. setiap sisi dari kotak ini berbeda-beda sesuai dengan bagian-bagian. Sesungguhnya di dalam naskah ini tidak terdapat bagian atau adegan, namun penggarap sengaja membagi naskah ini menjadi dua bagian. Bagian pertama dari halaman 1 hingga halaman 2 dan bagian II hingga akhir.
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat setting ini meliputi: Kayu kasau, paku, cat, engsel, dan pengait jendela.
PENATAAN CAHAYA
Secara mendasar cahaya dalam pementasan ini berfungsi sebagai pendukung suasana kejadian, penanda waktu dan spasi adegan. Pada konteks penanda waktu tata cahaya diarahkan kepada pengaturan intensitas yang disesuaikan dengan waktu kejadian dalam lakon. Dalam fungsinya sebagai pendukung suasana lakon, lampu di desain dalam penempatan maupun kombinasi warnanya. Sementara untuk awal dan akhir naskah di gunakan teknik black in dan black out. Impresi yang ingin dicapai dari penataan lampu adalah penghadiran suasana. Adapun jenis lampu yang digunakan dalam pementasan Naskah Kemerdekaan Karya Wisran Hadi adalah Fresnel , Par, dan zoom spot (elipsodal) yang akan di gunakan untuk panggung musik.
PENATAAN MUSIK
Karakter musik yang dipergunakan dalam naskah Kemerdekaan adalah jenis tekno melalui komputerisasi.
PENATAAN RIAS DAN BUSANA
Tata rias dan busana dirancang untuk memberikan penajaman karakter tokoh yang dimainkan para pemeran. Penegasan karakter tokoh itu meliputi penegasan secara fisikis dan sosial. Khusus untuk tata busana juga sangat penting untuk menggambarkan kondisi sosial tokoh-tokoh dalam Naskah Kemerdekaan Karya Wisran Hadi meliputi dua jenis rias, yaitu rias gagah panggung dan rias tua.
FOTO SUTRADARA DAN TIM PENDUKUNG KARYA