Seorang anak kecil
muda namanya
berkejaran dengan bayang
di bawah lampu-lampu jalan
tiupan sejuk malam
membungkus kulit hitam legam
dalam negeri yang tak peduli apa namanya
terlintas di antara kedai kopi
baliho besar iklan bedak bayi
bergambar wanita berambut panjang
mendekap mesra sang tubuh kecil
si muda beruntung bisa membaca
hasil kegiatan beberapa mahasiswa
hingga suatu menit dia menemukan kata “piatu”
sebagai gambaran orang tak ber-ibu
si muda berbincang dengan onggokan sampah dijalan
bertanya dimana wanita berambut panjang
semua rambut tergerai, wahai muda
kata kucing liar berbau busuk
“lalu siapa wanita-ku?”
Desirnya mendesah-desah
Si muda meliuk diantara kota-kota
Merapati salon dan penjual sayur
Bukan berambut panjang bercelana ketat
Bukan gamis dipadu niqob
Bukan sarung wanita-wanita beruban
Bukan juga gadis bermata sipit di toko cina
“Ibu-mu tak berupa wahai muda”
Kucing tua kembali berujar
Dialah siang dan malam-mu
Dialah tanah dan aromamu
Dialah bahagia dan dukamu
Dialah ibu..
Sang ibu pertiwimu...
Di tanah bumi putera