Langkahku terhenti, dadaku berdegup kencang
Apa ini?
Yang pasti bukan rasa capek berlari
Aku menengok ke belakang, kulihat satu senyum yang seolah menyiram jiwaku dengan air es
Kakiku mengajak melangkah mendekat tanpa kusadari
Tapi tunggu, aku hanya pelari gila lusuh yang kebetulan melintas
Mati-matian aku menahan langkah kakiku yang liar
Tidak, jangan, kumohon, hentikan kaki ini
Tanpa kusadari, aku sudah menyapa pemilik senyum tadi
Aku menundukkan kepala, malu, aku tak pantas
Cacat celaku lebih lusuh dari penampilanku
"Jangan malu seperti itu, kamu terlihat normal bagiku.."
Kata-kata yang sangat sederhana
Tapi bagiku, kata-kata yang kurindukan
Aku tersenyum, berterima kasih padanya, dan kembali berlari
Kini aku tahu tujuanku
Aku hanya akan berlari di kota ini hingga jantungku tak mampu berdetak lagi
Remah-remah rasa ini kukumpulkan jadi satu
Abaikan ikatan tanpa nama
Nyawa terasa tinggal di ujung senja bila berita tak sampai di telinga
Derak tawa derai air mata dan dekapan ilusi hiasi cerita
Yang takkan habis walau berhenti rimanya
Apakah kau tahu, rasa ini bukan ilusi semata.
Jarak yang ada, hanya menambah rindu padamu.
Engkau mungkin tak percaya, tapi ini nyata.
Nadiku berdenyut kuat, sekuat anganku tentangmu.
Gemuruh di dada, kini tak dapat kupungkiri lagi.