setengah malam kita melipat kenangan
wajah kita sudah penuh kerut-keriput
pipi kita sama-sama bernoktah hitam kecoklatan
mata setengah rabun dan serak tenggorokan
kita hanya bicara dengan sentuhan tangan
tak ada senda gurau semeriah dahulu
ketika saling menggoda di sisi para gadis
mengabaikan rasa sakit dari luka peluru
hingga gadis-gadis perawat kita memerah pipinya
kita memang sedang sedih dan resah
menahan air mata agar tak tumpah
di tanah yang dulu kita bela sepenuh jiwa
agar kawan-kawan kita tak ikut menangis di dalam makam
sebab hanya itu yang bisa kita perbuat
dengan tubuh renta kita di atas kursi roda
sambil memohon kepada sang pencipta semesta
menghapus kebusukan dari jiwa anak pertiwi
memurnikan niat untuk kembali pada tujuan semula
kembali memahami apa makna tanah tumpah darah
mulut ompong kita sama-sama bungkam
lewat sentuhan tangan hati kita saling bicara
mencatatkan di kertas untuk terakhir kalinya
harapan, kesedihan, dan kemarahan kita
menuntaskan apa-apa yang belum usai
senyampang ini masih bisa kita lakukan
meski terbata-bata dan tak lurus lagi menggoreskan pena
paling tidak kita tetap menjaga semangat dan cita-cita
atau anggap saja kita masih di medan gerilya
seperti dulu, senyum dan peluk erat bersama
sesaat sebelum menuju kejamnya medan laga
berharap bukan perpisahan dan akhir dari pertemuan
ya, debar dada kita masih sama seperti dulu
yang menyatukan rasa bersaudara hingga kini
selamat berpisah kawan
marilah bertahan untuk percaya
bahwa ibu pertiwi selalu terjaga
cantik, molek, seksi, dan bersemangat
terus melahirkan para perwira dan kesatria
para penjaga negeri dari masa ke masa...
People who liked this post also liked:
DENGARKANLAH by @andyaja
PUISI NGAK JELAS by @donquixotee
Poetry " FENOMENA " by @muksinnaga
We recommended this post here and here.
This post has received a 1.55 % upvote from @booster thanks to: @ayudiana.