Kota itu,
tempat aku mencari serpihan mimpi dan memerdekakan diri.
Di sinilah aku belajar menghargai kepingan rupiah yang sangat berarti.
Maafkan aku Ayah karena pernah luput akan jasamu mencari rezeki.
Dan tak menghiraukan saat engkau harus bermandi keringat untuk kami.
Ternyata semua tak semudah apa yang terbesit di dalam hati.
Kota itu,
Tempat yang sempat mengisi setiap relung memori.
Ingatan segera menyusuri tiap sudut, lalu menghirup kebersahajaannya.
Alunan musik pantai utara yang membuai masyarakatnya.
Tawa riang kaum urban walau hati dan jiwa terimpit beban.
Rayuan sajian kuliner yang selalu menggugah selera.
Dingin dan remangnya malam dengan wisata paling purbanya.
Kota itu,
Aku pernah meninggalkan jejak kaki di sini.
Aku pernah mengukur jalanan berlubangnya sendiri.
Aku pernah berjuang demi apa yang kuanggap berarti.
Namun aku harus meninggalkan semua ini.
Ya, sejauh apa pun deru kota membawa kita melangkah pergi.
Segudang mimpi dan sekeranjang materi.
Dengan pesona kerlap-kerlip menyilaukan mata dan nurani.
Kampung halaman tetaplah seperti wanita cantik di dalam puri.
Yang selalu menggoda kita untuk selalu kembali dan kembali.
Bila tidak hari ini, mungkin suatu saat nanti.