Cukup lama ilalang ini menjadi alas dudukku.
Hingga di seberkas sore yang syahdu, gadis berkerudung itu menyodok lamunanku.
Dia membuang langkah pelan di jalan berbatu.
Gemerlap bola matanya menjinakkan lembayung yang bersinar malu.
Aku tersipu saat bidadari itu beberapa jengkal dari tubuhku.
Di antara senyumku yang telanjur kaku, tak bisa kubantahkan perasaan itu.
Menghinggap nakal suara bidadari itu di daun telingaku.
Tak kuasa kumenahan bisikan itu. Hati ini menjadi rindu.
Kulukiskan senyum di bibirnya.
Kutunjukkan betapa indahnya dunia. Kubimbing dia menuju surga Allah ta'ala. Namun ia masih beberapa jengkal dari tubuhku.
Adakah yang salah dari perasaanku?
Jauh di lubuk hatinya tersimpan getaran cinta. Disulamnya benar-benar agar tak kasat mata. Dibendungnya segala kemungkinan yang ada. Ia tak ingin semua terlihat mudah adanya.
Mungkin dia tak tahu bahwa bibirku sudah kelu.
Menahan berjuta rindu yang meninju-ninju, meski ia masih beberapa jengkal dari tubuhku.
Duhai bidadariku, usap ragumu dengan kejujuranku.
Basuh hatimu dengan ketulusanku.
Jalan ini terlalu terjal bila kau lalui tanpaku. Genggam tanganku dan resapi rasa itu.
Kita lompati segala rintangan dan menggapai puncak kebahagiaan.
Simpan senyum itu untuk pekan depan, saat hati kita bertamu.
Doaku selalu menyertaimu.
@farahmulia
28, januari 2018
Puisinya bagus...
Makasih bang @acut atas pujiannya
You got a 0.73% upvote from @mercurybot courtesy of @farahmulia!
This post has received a 1.33 % upvote from @boomerang thanks to: @sriwahyuni