tak perlu kau sibuk tentukan arah
mata angin menunjuk dimana-mana
timur hilang di jemarimu
barat lesap di tengkukmu
lidah itu adalah utara tersembunyi
menuntunku ke sepasang mata selatan
"asal tiada tengkar, teruslah berjalan
dari hutan hingga hiruk-pikuk pasar"
kemas bibirmu sebagai bekal
agar kita kekal tak saling mangsa
sebab dalam perjalanan
kematian selalu buntuti
"tentu kau tak ingin mati
di persimpangan bukan?"
biarkan luka tertancap
di kepala yang terbenam
untuk kita redam ketika malam kian berdenyut.
saat nadi di pergelanganmu
mulai pelan
kita memilah,
mana airmata
mana peluh
karena keduanya muasal dari dada.
Bengkulu, Maret 2018
Foto: koleksi pribadi (lakon "Manusia di Persimpangan" oleh Komunitas Mantra, 2014)
Puisi yang bagus. Menantang pembaca untuk menyelami kata demi kata. Salut.
Trmksih mas, dan sya berharap pembaca tidak tenggelam 😊
Puisi yang mampu menggiring pembaca kembali ke dalam diri.....
Dan berkenalan dengan potongan-potongannya mas iman 😊
Mantap kak!
Tengkiu der 😁
Sakam kenal ganda. Pusii yang apik.
salam kenal mba. mksih ats apresiasinya. jgn bosan baca puisi saya d steemit ya hehe