Kita sama menangis.
Dalam isak dada menyesak. Betapa tak sanggup untuk kucegah, ketika mangalir kata tentang sebuah asa.
Andai jarak tak teramat jauh. Ingin aku berlari, merengkuh dalam ketidakberdayaanmu kini.
Bahkan ikhlas segalanya kupertaruhkan, demi tetapmu dalam pijak keberadaan.
Terkadang timbul penyesalan. Mengapa tak kuasa penuhi segalanya. Agar tak harus engkau berjuang, selagi ragamupun dalam kepayahan. Dada laksana terhimpit karang. Terpaku, terbelenggu gerakku.
Kau bagai telah kukenal sebelum aku benar-benar dilahirkan. Keterikatan batin mendarah daging. Seakan padamu setulang rusukku. Cinta telah melekat erat, mengalir rindu hingga dasar kalbu. Maafkan sayang, sesungguhnya tak ingin kulihat engkau membanting tulang.
Dalam lemah kusertakan doa
Baik baiklah kau di sana
Pegang janjiku!
Esok kala kudatang, kuhentikan derita hidupmu ...