Aku menatapnya iba, wanita muda dengan bayi di gendongannya. Usianya belum lagi genap 18 tahun dan beban derita menghimpitnya. Pernikahannya baru seumur jagung, kala suami tercinta menghadap Yang Kuasa. Pernikahannya adalah pernikahan yang dipercepat untuk menutup aib yang terlanjur melekat.
Aku menatapnya iba, kala mata beningnya bersimbah air mata. Aku tahu semua kisah yang mengitarinya. Betapa gigihnya dia mencari nafkah, untuk bayinya dan untuk suami yang didiagnosa menderita kanker paru.
Aku menatapnya iba, kala wanita belia itu tenggelam dalam lafas doa. Terngiang ucap suaminya yang sarat dengan sesal.
"Sedari muda aku berkawan dengan ganja, minuman keras dan rokok yang tak kenal batas. Aku terlupa bila Tuhan tak suka"
Aku menatap wanita belia itu dengan iba, betapa kian terjal jalan yang akan dilaluinya tanpa kekasih pendampingnya.
Sungguh, betapa ibanya Aku melihat derita yang kau tanggung untuk menafkahi anakmu tanpa sesorang pendamping. Menyedihkan...sesak dada...memilukan.
Semoga Tuhan memudahkan jalanmu dan memberi kekuatan padamu dalam mengarungi kerasnya hidup dalam menghidupi anakmu.
Salam
@menggugat