Dengan sedikit keberanian, kusibak kembali buku lama yang menampilkan cerita usang yang sebenarnya tak ingin kukenang. Sedikit demi sedikit mental kukumpulkan, agar kuat mengingat orang yang berhasil mematahkan rasa.
Tidak lagi aku merasa gamang akan riwayat cinta, tentang sosok yang berani menghumban asa. Kini telah kusingkap lebar-lebar berahi, meski ia pernah terkapar berkali-kali.
Ada perasaan gugup sebenarnya, namun rasa penasaran lebih kuat dari padanya. Aku hanya ingin mengulang masa itu, ya walau kutahu, pun endingnya kan tetap sama. Hancur, lebur, sesakkan dada dan berakhir dengan air mata
Bersamamu, sahabat terbaik yang pernah kupunya, mengiring tawa di sela senja yang memancarkan rona jingga. Bercerita lalu tertawa dalam bahagia. Bisa kurasakan arti cinta sesungguhnya.
Namun sekita, kau tenggelamkan bintang-bintang yang pernah kita jadikan impian, kau jatuhkan rembulan yang dulu menerangi malam. Kau ubah ranting-ranting harapan menjadi arang. Kau tinggalkan aku dalam lautan kegelapan. Kau hancurkan aku sehancur-hancurnya. Kau giling aku dengan ucapanmu hingga tak berdaya. Aku terjatuh dalam curamnya jurang, sendiri, dan kau hanya menjadi kenang.
Sungguh, ada sedikit penyesalan tetapi aku bukan pendendam. Walau pun kerap kali kau tancapkan paku pada relung hati yang dalam. Tetap saja rasa sayangku tak lebur meski kau mainkan gunting dalam lipatan, atau menjadi limpan dalam bajuku, kawan.
Kecewa, satu kata yang melebihi sakit menancap di dada. Aku memungutnya dengan ribuan harap bisa kembali bersama. Namun, jika itu adalah mimpi biarkan aku tidur selamanya. Mengenangmu dalam bayang yang tak mungkin tersentuh tangan.
Kuingin tahu tentang kabarmu? Apakah rindu juga menyelubungi atmamu? aaah aku malu mendengar pengakuanmu, aku khawatir dengan jawaban dari bibir manismu. Aku takut ... aaah kau benar-benar membuatku gila dengan sejuta pertanyaan meramu di kepala dan takut dengan jawaban yang telah kau racik racun di dalamnya.
Sahabat yang kutahu adalah melengkapi, bukannya mengkhianati. Sekarang kutanya, adakah dalam hatimu untuk berubah seperti sedia kala kita kenal? Jika ya, maka buktikan dengan sikap. Karena ucapan sudah terlalu klise jika dijadikan pertunjukan.
Kolaborasi Cerpen Monolog
Kelompok 15
- @inasurma
-@nuryriana - @meli.wau
- @intuisi_rindu
Aksaraku, 24 Mei 2018
Ahh...matikan limpan dengan pukulan...
Ahh..pegang tindakan, bukan kata nan nikmat
Ahh... alaskan kaki saat melangkah...
Ahh...Ohh... ahh...ku mendesah, bukan bernafsu
Tapi mencari air pereda pedas...
Minum mana minum.
Guru harus minum banyak-banyakmair hangat biar gak kepedasan
Sabe jeb kupi...lebeh suum Lom😄
Mantaaap