Hempz sebenarnya hari ini aku juga menyapamu, tetapi melalui alat yang berbeda. Jika dulu aku menyapamu lewat WA maka hari ini aku akan melakukannya dengan cara yang tak sama.
Tadi pagi, ketika jalanan masih sepi, burung meracau memecah sunyi. Angin berlalu menyapaku. Sudahkah ia menemuimu saat ini? Aku menitipkan sesuatu padanya dan mungkin ia lupa menyampaikan padamu atau kau yang tidak ingin tahu tentang apa yang kutitipkan untukmu?
Jika memang pesan yang kutitipkan pada angin tak sampai padamu. Lain kali aku tidak akan mempercainya lagi. Aku akan mengatar setiap pesan langsung ke rumahmu.
Hey, Kau tahu? Malam ini aku masih mengotak-atik layar bercahaya, mencari namamu, lalu membaca pesan-pesan terdahulu. Aku tersenyum membacanya bahkan kerap tertawa. Kau lucu apalagi ketika kau ramu kata-kata yang merayu. Namun, ekspresiku kembali lesu ketika tidak ada satu pun pesan dari kontakmu. Haruskah aku yang memulai lebih dulu? haruskan aku memacu kuda-kuda rindu agar mengizinkan temu.
Aaah. Kau payah! bukan kau tapi aku.
Maafkan aku
Bukan burung cantik itu yang tak sampai. Hanya saja aku lelah dengan aktivitasku. Maafkan aku, burung itu menepati janjinya, ia datang dengan senyum. Awalnya aku tak acuh padanya, namun seakan pesan yang ia sampaikan itu sangat penting. Akupun menemuinya. Ia mengatakan kalau kamu Rindu.
Tahu tidak, ku pikir ia berbohong, sebab kau bukan hanya rindu padaku, ada hasrat ingin bertemu. Tapi tak tahu arah mana yang harus kau tuju. Tahu aku tak mengabarimu kenapa? Aku hanya ingin membiarkanmu sehari tanpa aku, dan sehari aku tanpamu.
Aku salah, dan hampir kalah. Sebab aku tak bisa untuk itu. Setiap langkah ku pikir aku melangkah denganmu. Sore tadi misalnya. Apa kamu tak mendengarnya? Ku sebut namamu sampai tiga kali dengan sangat keras.
Kau tak harus menyapaku, sebab kelak aku akan selalu menyapamu, setiap mau tidur ku bisikkan sesuatu untukmu "Nury ku, tidurlah dik, aku akan menjagamu hingga terlelap". Bahkan setiap pagi akan ku sapa kau melalui puisi-puisi manis dari hatiku "Selamat pagi tuan putri, sudah bangun? Sebenarnya aku sengaja tak membangunkanmu, sebab kau sangat cantik ketika tidur, jadi ku biarkan saja sampai aku puas memandangnya". Tapi nyatanya aku tak juga puas. Harus ada belaian lembut darimu, setidaknya kau bersandar dibahku. 😊😊😊.
Percayalah, akupun merindukanmu disini, dari sudut kota ini aku merayumu.
Luar biasa godaannya 🤣🤣👍👍
Kabuurrr aku ketahuaaaannn...😂😂😂
Hmm terima kasih sudah membalasnya.
Terima kasih untuk rayuan yang sama. Aku menyukai caramu berdrama dan berpura-pura. Bukan kamu! tapi kita. Iya, kita sama sama sedang berpura-pura. Meskipun aku pernah berbahagia atas sesuatu yang kuanggap hanya sekadar main 😂
Thanks a lot 😊
puisi yang indah @nuryriana . . . terus berkarya ya
terima kasih @saintismuda itu hanya sekilas curhatan saja kok dek 😂
Waw, kren @nuryriana,👍👍
terima kasoh @hasanaceh
ah... kau payah! eh... bukan kau tapi kalian @djamidjalal dan @nuryriana balasan puisi kalian berdua membuat kami melongo. hahahaha
Hahahahaha
Ini hanyalah sebuah kepura-puraan yang kami lakonkan. Jangan percaya tentang apa yang kami utarakan. karena sesungguhnya tidak ada cinta tetapi semua kami bungkus dengan sandiwara halus. 😂
ah,,, apakah aku selama ini tertipu dengan bungkusan itu @djamadjalal?? :D :v kalian luar biasa!
Tentu saja. Kami hanya pura-pura tentang sebuah rasa, kami berdrama dan Bang @nasrijal tertipu dengan tipu daya kami😂
kita berhasil Bang @djamidjalal 😂😂😂
@nuryana dan @djamidjalal, ajari aku cara merayu....
Akan aku rayu suamiku supaya memberikan THR yang banyak padaku. 😂
Hahahaha kak @vawzya. Jangan tanyakan aku kak. Tapi tanyakan Bng @djamidjalal saja. Beliau lebih memahaminya 😂