Kupandang pantulan bayangan di cermin,
Satu sosok pudar lusuh, compang-camping, dan seolah termakan usia.
Sobekan-sobekan baju terlihat di sana-sini,
Rambut yang acak-acakan menambah kesan tak sedap di mata.
Itulah bayangan hidup diriku,
Lama berjalan tak tentu arah,
Menerobos lebat dan ganasnya hutan kehidupan di jalan takdir.
Letih, sakit, kesal, sepi,
Aku bosan, BOSAN.
Yang kujalani adalah hampa,
Bayang semu senyum bahagia seolah hanya ilusi yang tak teraih olehku.
Tidakkah aku boleh menyematkannya di bibirku?
Kupejamkan mata,
Entah kenapa aku bisa melihat dirimu.
Kamu, si manis yang sering muncul di dalam tidurku.
Ingin kuutarakan sesuatu padamu,
Tapi barisan kata saja tak cukup untuk mengungkap isi hati yang tersembunyi.
Kehadiranmu sungguh tak terduga,
Memberi keharuman di tengah kehampaan.
Bagiku, dirimu adalah anugerah.
Bagiku, dirimu bagaikan tetesan air di tengah panas teriknya padang gurun.
Dirimu bagaikan burung merpati yang terbang menari-nari di angkasa, di tengah-tengah kawanmu.
Siapakah diriku yang hina ini, hingga aku boleh menempatkanmu di dalam sangkar?
Melihatmu terbang bebas mengangkasa dan mengepakkan sayap indahmu,
Semakin menampakkan betapa indahnya dirimu.
Siapakah aku hingga aku boleh merenggutnya darimu?
Aku membuka mataku,
Jiwaku seakan terhempas kembali ke dalam kenyataan.
Kupandang sekali lagi pantulan bayangan di cermin.
Pernahkah aku menghiasi tidurmu dan menghadirkan tawa bagimu..?
Siapakah diriku ini bagimu..?