Sunyi aku duduk bersandar, berdebat antara hati dan logika. Silently I sat back, arguing between my heart and logic.
Berbeda perspektif dalam mengartikan cinta.
Aku yang hanya diam tanpa kata.
Seolah-olah bisu seketika.
Different perspective in interpreting love.
I'm just silent without a word.
As if mute instantly.
Sendiri diriku menatap langit.
Dalam keheningan malam tanpa bulan.
Merenungi hal apa yang sedang terjadi.
Oh, apakah ini yang namanya mencintai...
Myself staring at the sky.
In the silence of the night without the moon.
Contemplate what is going on.
Oh, is this the name loves...
Sejenak diriku menunduk untuk berdamai dengan keduanya.
Ia adalah hati dan logika yang sedang bertentangan memperebutkan arti cinta yang sesungguhnya.
For a moment I looked down to make peace with both of them.
It is the heart and logic that are in conflict over the real meaning of love.
Sedari tadi diriku hanya diam.
Karena aku sedang mempersilahkan keduanya.
Untuk beradu argumentasi tentang cinta.
From the moment I was silent.
Because I'm inviting both of them.
To argue about love.
Aku terima saran dan kritik dari keduanya.
Karena keduanya mempunyai perspektif yang berbeda.
Biarlah aku sendiri disini.
Merenungi, dan hanya ditemani malam gelap tanpa cahaya yang menyinari...
I accept the suggestions and criticisms of both.
Because both have different perspectives.
Let me alone here.
Contemplating, and only being accompanied by a dark night with no light that illuminates...
https://steemit.com/poetry/@sintia/keheningan-dalam-kesendirian-bilingual-08e7443636d29
@sintia
30 January 2018