Kutulis namamu pada relung hati yang terdalam.
Dan berharap bisa memilikimu disuatu saat.
Pun bersedia bertarung dengan peminat yang lain.
Yang jumlahnya, puluhan, ratusan atau ribuan.
Kau memang gadis idola kala itu.
Andai engkau sebuah piala yang diperebutkan.
Akan kucari ilmu untuk bisa jadi pemenang.
Meskipun harus bertapa dipuncak bawakaraeng.
Melawan keangkeran dan keganasannya.
Itu dulu, sebelum kau jadi milik orang.
Saat harapan memilikimu terbuka lebar.
Tidak untuk saat ini, saat dua bocah kecilmu.
Selalu terdengar memanggilmu, mama.