Pada pagi aku selalu menanti
Menunggu mentari juga puisi
Diksinya membuang sepi
Sajaknya indah tiada terbantah
Sesejuk embun yang mengalun
Lalu meronakan wajahku
Saat aku selesaikan bait demi baitnya
Pernah aku mengetuk hatimu
Mencoba membuka celah jiwamu
Bertanya..
Pada siapa puisimu tercipta
Hingga terangkum kata penuh cinta
Juga kadang pasi saat hati tersakiti
Berharap keringkan luka dukamu
Kosongkan hati penuhi akanku
Tapi hatimu telah beku
Mengendap penuh atas namanya
Merasuk ke dasar pori jiwamu
Aku tahu bukan aku,
Yang kau nanti bahkan menginspirasi
Bukan buat aku puisi itu kau tuliskan
Tapi aku tetap menunggu
Puisi pagimu untuknya.