22.370 tiket terjual pada leg pertama semifinal Piala Presiden 2018 yang mempertemukan PSMS Medan kontra Persija Jakarta. Hal ini disampaikan oleh Hari Isranto selaku ketua panitia penyelenggara lokal Piala Presiden 2018. Seluruh sudut Stadion Manahan Solo nyaris penuh sesak atas kehadiran kedua belah suporter. Sudah barangtentu suporter Persija Jakarta menjadi mayoritas yang hadir petang itu. Jarak Solo yang lebih dekat dengan Ibukota, ketimbang jarak yang harus ditempuh oleh suporter dari Tanah Deli. Kebanyakan suporter PSMS yang hadir berasal dari kota-kota di Pulau Jawa. Jika kita tautkan dengan pendapatan perekonomian daerah, tentunya kehadiran suporter kedua kesebelasan akan memberikan dampak bagi Solo dan sekitarnya.
Tidak hanya sekali itu saja suporter PSMS hadir memberikan dukungan untuk Tim Sepakbola kebanggaan Kota Medan. Tandang terakhir yang pernah dilakoni suporter PSMS adalah lawatan ke Gianyar, Bali. Ratusan suporter Ayam Kinantan yang berasal dari berbagai kota di Indonesia berkumpul dalam perhelatan Liga 1 di kandang Bali United. Berbagai cara dilaksanakan suporter PSMS untuk tiba di Bali. Ada yang menggunakan kendaraan pribadi dan ada yang menggunakan transportasi umum darat dan laut. Bahkan tidak sedikit suporter yang menempuh perjalanan menggunakan alat transportasi udara. Kebanyakan suporter yang menggunakan pesawat udara agar lebih menghemat waktu perjalanan. Beragam cara dilakukan suporter untuk dapat menyaksikan tim sepakbola kebanggaannya.
Lantas apa yang membuat mereka berbondong-bondong untuk menyaksikan PSMS Medan? Kerinduan kepada kultur sepakbola Medan yang pernah bersinar di masa lalu. Suporter yang tersebar di penjuru nusantara enggan mendengarkan permasalahan yang kerap menimpa PSMS. Kebanyakan suporter datang dengan hasrat kerinduan, memberikan dukungan, dan PSMS mau serta mampu bertarung sepenuh hati dan jiwa. Kemenangan menjadi harapan banyak orang, meski kekalahan kerap tak mampu dielakkan. Itulah sepakbola dan suporter-suporter itu tetap akan kembali meneriakkan suara-suara dukungan dari tepi lapangan. Lantas kenapa suporter tetap akan kembali? Ini adalah kultur, menjadi budaya yang akan terus mengakar untuk mendukung sebuah kesebelasan sepakbola. Bahkan budaya tersebut kerap ditularkan kepada orang-orang terdekat. Ini juga sebenarnya menjadi sebuah “bahaya laten” dalam dunia sepakbola. Suporter dengan jumlah besar bisa menjadi perhatian khusus dalam pertandingan sepakbola terutama dari sisi keamanan. Meski demikian, pengelolaan suporter yang baik akan berimbas pada perputaran roda ekonomi klub sepakbola. Tentunya suporter dengan jumlah besar juga akan meningkatkan semangat pemain sepakbola dalam berlaga.
Sepakbola penuh waktu 90menit, selanjutnya adalah wisata atau sekedar bersua dengan suporter lainnya. Dalam sebuah lawatan laga tandang, suporter kerap menyambangi homebase suporter tuan rumah. Silaturahmi dilangsungkan untuk menyambung erat tali silaturahmi antar suporter. Bali United menggunakan Stadion I Wayan Dipta sebagai markas kebesaran klub sepakbola Pulau Dewata. Bagi kolektor pernak pernik atau merchandise sepakbola, Bali United menjadi klub yang patut disambangi. Bali United menyediakan ruangan sebagai merchant store resmi. Pengunjung dapat membeli merchandise resmi ketika hendak menonton sepakbola. Toko cinderamata Bali United disajikan dengan mencolok sehingga mengetuk hati orang yang melintas untuk sekedar mampir melihat-lihat.
Hal lain yang kerap dilakukan suporter adalah membeli oleh-oleh khas daerah. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui kerap menjadi jargon kuat suporter tandang. Bahkan ada yang menyatakan bahwa buah tangan sebagai bentuk kenang-kenangan pernah menyambangi sebuah daerah. Mencoba kuliner lokal dan berkunjung ke tempat wisata juga sering dilakukan suporter. Beberapa kegiatan tersebut tidak jarang sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelum perhelatan laga sepakbola dilaksanakan. Bahkan suporter PSMS telah memesan penginapan dan alat transportasi untuk digunakan selama berada di Bali. Bali menjadi salah satu tujuan prioritas lawatan tandang suporter PSMS Medan. Alam dan budaya menjadi hal yang sayang untuk tidak dinikmati.
Tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa Bali mengingatkan kita akan klub-klub sepakbola dunia. Datang berkunjung bukan hanya karena perhelatan sepakbola saja. Bangku untuk pemain di Stadion I Wayan Dipta sendiri menjadi sorotan suporter. Suporter kerap melakukan swafoto pada fasilitas-fasilitas stadion. Sambutan hangat masyarakat dan sepakbola Bali terhadap pengunjung juga tak luput dalam sorotan. Keramahan tuan rumah membuat suporter yang berkunjung ke Bali akan merasa nyaman dan betah. Selama beberapa hari menjelang dan paska pertandingan, suporter PSMS dengan tenang menggunakan atribut kebesaran PSMS Medan. Bali memahami bagaimana menghargai tamu dengan berlaku sopan dan tidak rasis. Adab di Bali membuat siapapun yang datang akan betah berlama-lama untuk tinggal. Tidak dapat dipungkiri Bali menjadi prioritas karena sepakbola, kultur, dan pariwisata. Lantas bagaimana dengan Medan?
sepak bola emang menjadi daya tarik dari dulu, bisa juga menjadi pendorong perekonomian, banyaknya supporter menunjukkan kalo sepak bola memang penuh daya tarik.
semoga saja sepak bola indonesia terus berkembang ke arah yang lebih baik lagi kedepannya.
iya Bang, selalu ada generasi pecinta sepakbola
Congratulations @henrisinurat! You received a personal award!
Click here to view your Board
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness and get one more award and increased upvotes!
Congratulations @henrisinurat! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!