Laki-laki yang tegar meskipun dihantam gelombang. Laki-laki yang seteguh batu-batu karang walaupun kehidupan berkehendak untuk menghancurkan. Laki-laki yang lebih tenang daripada Gunung Gamora, lebih mengejutkan daripada lecutan halilintar, dan lebih tangguh daripada benteng-benteng para tentara.
Betapa rindunya. Betapa inginnya. Kapankah kulihat seorang lelaki yang tekadnya dapat melelehkan besi baja? Hentakannya menggoncangkan. Kata-katanya menghunjam. Dan tatapannya memancarkan kewibawaan.
Aku sedih. Aku sedih karena Tuhan telah menganugerahkan kekuatan padamu, hai lelaki! Tetapi engkau sendiri tidak mempercayainya. Engkau adalah pemimpin, maka jangan biarkan jiwamu terbelenggu. Bagaimanakah hatiku tidak pilu? Sedangkan kulihat kau biarkan kekuatanmu berkubang dalam kepengecutan; terperosok dalam ketakutan; dan membiarkan waktu mengubur semua kekuatan itu.
Bangkitlah jika kau benar seorang lelaki. Aku akan mendampingimu menyambut setiap jenak-jenak waktu meskipun itu dalam penderitaan. Lihatlah! Tidak satu kali pun aku mengeluh. Lihatlah senyumanku. Tidak kah kau lihat kekuatan terpancar dari perempuan ini?
Maka janganlah seperti para lelaki pengecut. Yang hanya bibirnya hanya mencela. Pikirannya hanya merendahkan. Dan permintaanya adalah tuntutan. Pemimpin adalah pembimbing bukan pencela. Pemimpin adalah pengajar bukan penuntut.
Pimpinlah kami menjadi orang-orang sabar. Oleh karenanya kau mesti lebih sabar dari kami semua. Bimbinglah kami menjadi para pemberani. Dan tunjukkan kepada kami bagaimanakah para pemberani itu.
Dan bila kau tak bisa menjadi lelaki itu, biarlah aku merebut takdir sebagai seorang Ibu. Kan kubentuk laki-laki hebat dari buaian kasih sayangku.
bloggericav.blogspot.co.id/2014/12/puisi-kerja-keras.html?m=1
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://bloggericav.blogspot.co.id/2014/12/puisi-kerja-keras.html