Aku (kembali), iya aku kembali jatuh. Kali ini aku kembali jatuh kepada pria yang menorehkan seribu kebahagiaan dan harapan di setiap tawa yang selalu ia berikan kepadaku. Dan rasa ini tumbuh karena sebuah alasan yang berlandaskan dari kata "kenyamanan-pertemanan" dan lambat laun aku mulai memujanya. Iya, aku mulai memujanya sebagai seseorang yang tak hanya ku anggap sebagai seorang yang dewasa namun juga seperantara yang sanggup membuai segala rasa di hati ini.
Di setiap kata yang ia keluarkan, ada sebuah rasa kenyamanan disana. Melalui tatap matanya yang tajam, tersalur sebuah kekuatan yang selalu ku butuhkan. Karenanya, rasa ini perlahan tumbuh, dan mulai menjalar dalam kalbu. Celakanya, yang tidak ia tahu, karena aku sudah memujanya dalam diam. Menunggu senyumnya sudah menjadi rutinitasku. Yang bahkan lebih ia tak tahu, aku sudah tidak memujanya lagi namun aku sudah mulai mencintainya. Aku jatuh ke dalam pesona dan lakunya.
Tingkahku semakin gila dibuatnya. Aku mulai membayangkan tentangnya, tentang aku, dan tentang kita yang akan menjalin sebuah hubungan bersama. Dia yang sanggup meruntuhkan segala egoku, yang mampu membuatku menurut dan patuh akan segala ucapnya. Dia yang sanggup memperlakukanku dengan baik di hidupnya.
Pada akhirnya aku sadar. Aku sadar aku mulai menghidupkannya dalam anganku, mulai berimaji dan menjadikannya seorang raja, memimpikan banyak hari untuk bisa berinteraksi dengannya. Dan aku bahkan lebih sadar, aku sudah mulai menduakan Tuhanku. Dan aku (kembali) jatuh pada waktu yang salah.
mantap @afnie93 Folback beh,