Sekilas tentang gampong yang pernah menjadi sejarah bahagia, di gampong inilah kami berbagi dan mengabdi pada masyarakat. Desa yang damai dan sejahtera dengan hasil alam yang sangat bersahabat. Punti SB adalah desa yang pernah menjadi tempat naungan selama sebulan (kelompok 75 kkn Unimal tahun 2018).
Gampong ini memiliki jumlah penduduk 410 jiwa dan dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sawah, sebagaian kecil penduduknya petani kebun dan yang lainnya berdagang, sebagian masyarakat membuka kerajinan tradisional, usaha menjahit, perbengkelan dan lain-lain, serta sekitar 2% bekerja sebagai pegawai di kantor pemerintahan.
Gampong Punti SB merupakan salah satu gampong yang terletak di pemungkiman Seuleumak Barat Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara yang berjarak 8KM dari pusat kecamatan.
Gampong ini terbagi kedalam dua dusun yaitu dusun Blang Dalam dan dusun Cot Mesjid. Mayoritas penduduk gampong Punti Sb adalah suku Aceh yang beragama Islam.
Terbentuknya gampong Punti SB diawali oleh sejarah pada jaman dahulu beberapa orang yang hijrah kegampong tersebut dengan tujuan untuk membuka lahan persawahan namun oleh karena luasnya sawah yang berada disekitarnya, maka beberapa orang tersebut selanjutnya berinisiatif untuk membuat suatu gampong. Nama gampong Punti SB yang berasal dari pohon Punti, sedangkan SB yaitu pemungkiman Selemak Barat oleh karena daerah tersebut banyak ditemukan pohon Punti maka sekelompok oranng membentuk sebuah gampong tersebut untuk menjadi pemukiman diberilah nama gampong ini dengan nama punti SB. Hingga pada akhirnya desa tersebut diberi nama punti SB.
Gampong dengan Visi “Mewujudkan Punti SB Kec. Tanah Luas Kab. Aceh Utara Menjadi Gampong Yang Maju, Cerdas, Dengan Tuntunan Iman Dan Ketaqwaan Berbasis Pertanian Dan Perkebunan” sangat kaya dengan hasil alam, seperti Kakao (Cokelat), Kelapa Sawit, Pinang, Karet dan juga lahan sawah sebagai penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
Namun masyarakat di gampong ini selalu mengahadapi permasalahan yang berhubungan dengan pertanian seperti wereng, walang sengit dan keong, yang menyebabkan gagal panen bagi petani. Disamping itu, infrastruktur yang tidak memadai, seperti tidak adanya saluran irigasi sehingga pada saat musim kemarau, pengairan yang tidak mencukupi mengakibatkan lahan pertanian seperti sawah warga yang mengalami kekeringan..