Ulasan Buku : Pemenang Kehidupan
Di Jakarta dalam sebuah kesempatan saya menyaksikan konser Perempuan untuk Kemanusiaan bertajuk Lagu untuk Anakku yang utamanya menampilkan paduan suara para penyintas '65 bernama Dialita selain sederet penyanyi keren seperti Bonita, Kartika Jahja dan banyak lainnya.
Istimewanya, 110 menit sebelum konser yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki (TIM) dimulai saya diberi hadiah sebuah buku foto-narasi oleh bang Adrian Mulia. Fotografer yang (cerita seorang teman tentang) portofolionya bikin hati saya berkata "gila .. luar biasa". Padahal 2 minggu sebelumnya, sempat sebuah situasi membuat saya kesal setengah mati sama orang ini.
Lho, apa hubungannya konser, buku dan Adrian Mulia?
Nah, ini yang hendak saya bagikan dengan para steemians semua. Ulasan sebuah buku tentang penyiksaan dan kekejaman yang dilakukan terhadap para perempuan pada tragedi 65. Padahal sebelumnya sebagian mereka adalah guru, mahasiswi, istri seseorang, gadis belia yang suka seni atau perempuan yang ikut organisasi yang melawan buta huruf bagi kaumnya. Mereka adalah perempuan-perempuan hebat yang hidupnya tiba-tiba hancur karena sebuah tragedi bersama tuduhan palsu dan paksaan mengakui yang mereka tak pernah lakukan.
Masterpiece ini merupakan kolaborasi dari fotografer Adrian Mulia bersama penulis (idola) Mbak Lilik Hs. Saya mungkin agak terlambat, sebab tahun 2016 yang lalu sudah cetakan kedua. Sudah tentu banyak ulasan-ulasannya dan sangat gampang ditemukan di google.
Tetapi bagi saya, ikatan hati dengan buku ini jauh lebih terasa dan dalam sebab dalam setahun belakangan bekerja untuk para penyintas pelanggaran HAM di Aceh Utara. Itulah mengapa, rasanya egois jika menyimpan perasaan (yang campur aduk setelah membaca) hanya untuk sendiri saja.
Seorang dengan garis kecantikan yang dimakan usia masih tersisa di wajahnya, rambut disanggul rapi dan berkebaya pada sampul buku berwarna abu-abu seolah memberi kita bocoran mengenai kehidupan yang suram. Tetapi mata yang menatap tajam ke lensa menegaskan bahwa apapun yang terjadi di masa mendatang kita harus dengan berani menghadapi.
Pemilihan tulisan judul dengan warna merah jambu, saya tidak tahu maksudnya apa. Tetapi setelah membaca 21 kisah perempuan yang terangkum didalamnya. Terfikirkan oleh saya, bukankah ini warna yang muda? dan mereka semua menjadi korban pada tragedi 65 saat usia masih belia (mungkin ini alasannya).
Pelan-pelan saya membaca apresiasi, kata pengantar, catatan hingga akhir cerita. Dalam kata-kata mereka saya menemukan ketulusan. Sungguh merasuk sukma, Perpaduan foto dan tulisan ini terasa sangat bernyawa. Seperti dalam catatan fotografer yang saya kutip berikut ini;
Saya ingin membuat potrait para mbah dalam keadaan terbaiknya. Kenapa? Mereka telah mengalami tahun-tahun yang pahit dan sakit, yang mereka lalui dengan tenang dan berani. Saya ingin menempatkan mereka sebagai para pemenang kehidupan.
juga dalam kisah Sumini yang membuat saya bergetar:
Ia pun digelandang, digebuki, bajunya dilucuti, lantas dilemparkan kedalam bak truk dalam keadaan pingsan. Begitu terbangun, dia sudah berada di kantor Polres Pati, dengan baju terkoyak dan darah kental mengucur dari hidungnya. Interogasi dan siksaan adalah babak berikutnya. Ancaman diperkosa. Kakinya dijepit kaki meja dan polisi berjingkrak diatasnya.
...
Ayahnya meninggal begitu mendengar kabar penangkapan anak bungsunya. Ibunya menyusul tak lama kemudian. Kakaknya menyusul ke Nusa Kambangan. Pacarnya menikah ketika ia dalam tahanan.
...
Dipenjara usia 18 tahun, cita-citanya menjadi ahli pertanian kandas. Menyesalkah?
Beberapa penyintas yang luar biasa ini ada yang menemukan kekuatannya dengan bernyanyi, nada berpadu kata menjadi penguat jiwa. Bahkan beberapa lagu lahir dibalik jeruji. Yah, setiap orang memiliki caranya sendiri untuk sedikit melupakan luka dan kekecewaan pada hidup. Tak cukup tulisan saya untuk menuliskan semua kesan mengenai 21 kisah yang terangkum dalam buku 86 halaman ini. Mungkin hanya kata-kata luar biasa yang mampu ucapkan. Bila para steemians hendak membacanya, buku yang dieditori oleh Ayu Utami ini dapat dicari di toko buku Gramedia atau memesannya secara online.
Verba violant, scripta manent
Book Reviews: Winners of Life
I attended Women's Concert for Humanity titled * Song for My Son* in Jakarta. The Main appearence of this concert is a choir of 65's survivors named Dialita collaboration with famous singers like Bonita, Kartika Jahja and many others. 110 minutes before the concert held at Taman Ismail Marzuki (TIM) started I was rewarded with a photo-narration book by bang Adrian Mulia. This is a photo-narrative book that told about 65 survivors. This really surprised me.
Now, the question is what the relation about the concert, book and Adrian Mulia?
Well, this is what I want to share with all of steemians. A book review about women survivors of tragedy 65. Before the tragedy, some of them were teachers, college students, wife, young girl who likes art or women who joined organization. They are great women whose lives are suddenly destroyed by a tragedy with false accusations and compulsion to admit they never did.
This masterpiece is a collaboration of photographer Adrian Mulia with my favorite writer Mbak Lilik Hs. I may be a bit late, because in 2016 was already a second print and it has many reviews and very easy to find on google.
My heart has bonding with this book. May be it caused i am working for the survivors of human rights violations in North Aceh. That is why, I fell selfish to save these feelings (after reading) just to my self.
! [] ()
An age-old beauty line still lingering on his face, hair in a neat bun and a bundle on the gray book cover seemed to give us a glimpse of a gloomy life. But eyes that gaze into the lens confirm that whatever happens in the future we have to face it bravely.
Why the colour selection of title is pink? But after reading the 21 stories of women are summarized in it. "Oh my.. pink is young colour and they all fell victim to the tragedy of 65 at a young age" I thought. (may be it is the reason).
I read the appreciation, the preface, the notes to the end of the story slowly. In their words I find sincerity and possed my soul. The combination of photos and writing find it's plot. As in the photographer's note I quoted below;
I wanted to create potraits of these elderlies in their finest moments. Why? Because they have withstood many bitter and painful years with calm bravely. I want to portray them as the winners of life.
also in Sumini's story :
She was stripped and beaten up and thrown to a truck and then passed out. When she was awake, she was at the Pati police office with tattered clothes and blood running from her nose. Interrogation and torture as well as threats of rape were the next episode. Her legs were put under the table legs while an officer tiptoed above.
...
His father died when he heard of his youngest daughter's arrest . Her mother died not long after. Her eldest brother was taken to Nusa Kambangan. Her boyfriend married when she was in detention.
...
At 18 years old, she was jailed. Her ambition to become an agriculture expert was crushed. Dis she regret this?
Some of these extraordinary survivors have found their strength by singing, the melody meets words made a soul strengthen. The are many songs were created in prison. Well, everyone has his way to a little bit forget of sickness and disappointment in life. The 21 stories summarized in this 86-page book are truly extraordinary. If you all steemians interesting to read it, It can be found in the Gramedia bookstore or order it online.
Verba violant, scripta manent
! [] ()
Nice 💚
thanks in advance @youssefraja
jumat depan kita cari ya @munawir91 buku kek gitu
(emangnya ada ya?)
trus kita tulis ulasannya
*insha Allah
demi dek @munawir91 kita cari ...
ampe dapat
whehehehe
Kalau itu sudah manjadi bagian dari janji, maka saya hanya tinggal menuggunya . . .
Hehehe
Yeh hai jeut tapinjam sang bukunyan haha
jeut gus ..
baunya aja masih baru
lagak nyoe buku jih @agustiaarifinb
Kakaaak, keren banget ulasannya. Kayaknya mengiris hati banget ya kak pas bacanya. Foto sampul si Ibu jg mendalam banget yah. Btw, bolehkah Nanda pinjam bukunya? Hahaha *Naluri tukang pinjam mulai keluar
boleh banget nda @nandaferiana
hadeuh, kita gak ketemu pulak hari ini ya
pas kk mau daftar fame kelas full😂😂😂
nanti ya, tp nomer urut 2 setelah @agus
*daftar tunggu
*whehehge
ulasan cerita yang singkat dapat menggugah hati, apalagi kalau kita baca langsung,,,
Salam kenal dari @asmahusna
Iya @asmaulhusna ..
sebenarnya ulasan ini begitu singkat dan kecil jika dibandingkan dengan bukunya
benar benar dahsyat
Semoga dirimu menikmati ya dan salam kenal kembali dari @azharulhusna :)