Umbul-umbul Abang-Putih.
Siapakah yang menentukan warna Merah dan Putih sebagai symbol Nusantara modern yang kita kenal sebagai negara Indonesia?
Apakah warna ini muncul secara intuisi dari kedalaman arkeotip bangsa yang melatar belakangi bawah sadar bangsa kita secara kolektif ?
Pertanyaan2 seperti diatas tidak pernah timbul karena kita semua tahu dan menerima bahwa Merah-Putih adalah jiwa Indonesia
Sang Merah Putih bagi bangsa Indonesia (Nusantara), mempunyai arti yang sangat dalam, kedua warna tersebut tidak begitu saja dipilih dan dibuat secara tiba-tiba, melainkan melalui proses sejarah yang lama.
Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih mengandung makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa (gula aren) dan warna putih mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia (Nusantara). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh penduduk Nusantara dipakai untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian. Mayoritas penduduk Nusantara percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai lambang ayah, yang ditanam di gua garba.
Ketika Kerajaan Majapahit unggul di Nusantara, warna panji-panji yang digunakan oleh para leluhur kita itu adalah merah dan putih. Pataka Kerajaan Majapahit adalah bendera Merah-Putih seperti halnya Sang Saka Merah-Putih yang berkibar diseluruh wilayah NKRI sekarang ini. Kerajaan Majapahit juga menggunakan umbul-umbul Abang Putih sebagai pengenal armadanya, yang hingga saat ini masih berkibar disetiap kapal perang milik TNI-AL dengan nama bendera ular-ular perang. Para prajurit Majapahit disaat itu dikenal dengan nama prajurit Gula Kelapa. Gula Kelapa itu berwarna Merah dan terbuat dari sari buah Kelapa yang berwarna Putih. Kerajaan Majapahit itupun mewarisi umbul-umbul abang putih itu dari Kerajaan Kediri yang sudah sejak awal menggunakannya sebagai bendera kerajaan.
Perlawanan rakyat yang di pimpin oleh Pangeran Diponegoro pada abad ke-19 di mulai dengan barisan rakyat yang mengibarkan umbul-umbul Merah-Putih berkibar di mana-mana. Rakyat berkeyakinan bahwa Merah-Putih adalah pelindung mereka dari segala marabahaya. Pada abad ke-19 itu pula, para pemimpin dan pengikut gerakkan Paderi di Sumatera Barat banyak yang mengenakan sorban berwarna Merah dengan jubah berwarna Putih
Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 Sang Saka Merah Putih berkibar lagi dengan gagah diseluruh pelosok Nusantara dan pada tanggal 29 September 1950 berkibar di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York USA sebagai pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan Bangsa Indonesia oleh badan dunia.
Hal lain yang cukup menarik mengenai Umbul2 Abang Putih (Ular-ular Perang) Kerajaan Majapahit adalah dengan diadopsinya umbul-2 itu oleh armada dagang Inggris menjadi bendera “British East India Company” dengan penambahan bendera Inggris diujung kiri atas umbul2 tersebut. Selanjutnya Amerika Serikat mengadopsi bendera dari “British East Asia Company” tersebut menjadi bendera nasionalnya dengan cara menghapuskan bendera inggris yang tertanam didalam umbul2 abang putih dan mengisi ruang tersebut dengan bintang2 dan kemudian mereka namakan “The Stars and stripes”. Malaysiapun demikian, sebelum merdeka mereka menggunakan Sang Merah putih dengan tambahan bulan bintang yang mereka sebut sebagai “Sang Saka Malaya” yang kemudian berganti wajah menjadi “Bendera Persekutuan Tanah Melayu” dan akhirnya menjadi “Jalur Gemilang”, Bisa jadi pemikiran dibelakangnya adalah ingin mengadopsi warna seperti Amerika, namun naluri dibelakangnya tanpa disadari adalah tetap naluri umbul-umbul Abang Putih kebesaran rakyat Nusantara.