Business as Usual
Saya tidak memiliki masalah dengan keputusan orang untuk merokok. Ya belinya pakai duit dia sendiri, bukan duit saya. Mau sakit-sakitan karena rokok pun itu resiko dia sendiri. Dan, merokok ngga merokok orang akan tetap mati, kok.
Saya baru masalah dengan attitude perokok yang suka seenaknya merokok di ruang-ruang publik sehingga orang lain harus ikut menghirup asap rokok mereka itu sekaligus menanggung derita kemungkinan buruk pengaruh rokok.
Tetapi sifat asal aku senang sepertinya memang tidak hanya monopoli perokok, tapi sudah semacam perangai mayoritas di dalam masyarakat kita.
Di satu sisi, pemerintah memang tidak terlihat memiliki itikad untuk menurunkan jumlah perokok, minimal mencegah perokok pemula terutama dari kalangan siswa dan pelajar perguruan tinggi. Lihat saja di sekitar Anda, bukankah hampir setiap sudut di ruang-ruang publik kota Anda diisi iklan-iklan rokok yang mentereng? Oh ya! Bagi mereka lebih penting mengeruk pajak dari iklan-iklan dibandingkan menyediakan iklan-iklan layanan masyarakat yang bermanfaat, misalnya. Jadi, ini memang bisnis.