Kelihatannya semua orang berada di tengah-tengah permainan papan catur ini. Papan catur ini sudah ada raja, menteri, gajah, kuda, benteng, dan pion, tentunya ada pemainnya. Para pemain saling adu strategi, dan yang menarik di permainan ini adalah si pemain bidak putih. Anggap saja pemain bidak putih sebagai Sang Pengendali. Di putaran permainan ini, beberapa bidak-bidak putih ia bawa dari rumahnya. Ia lebih suka membawa bidak-bidak buatannya sendiri. Saya rasa ia memiliki keahlian membuat bidak-bidak. Belum lagi ia memiliki perkakas pengolahan kayu dan cat kayu warna putih, tapi catnya agak kenuning-kuningan. Sebenarnya Ia pemain baru kemarin sore di papan catur ini, tapi pada dasarnya ia sudah berpengalaman bertahun-tahun di permainan ini. Memang sejak dulu ia berkeinginan bermain di papan catur ini. Baru-baru ini saja ia mendapat kesempatan bermain di papan catur ini. Perjuangan Sang Pengendali tidak sia-sia, setidaknya bidak-bidaknya sudah diperbolehkan dipakai di papan catur ini. Sayangnya, waktu hampir habis, sebentar lagi bidak-bidak mereka harus diundi untuk memperebutkan ijin bermain di papan catur ini. Sedangkan ia masih ingin bermain lagi di papan catur ini. Ia terlihat berambisi mengubah aturan main di papan catur ini.
Akhir-akhir ini Sang Pengendali terlihat semangat. Ia selalu memenangkan permainan. Tidak berarti bidak hitam telah di-skak mat, hanya saja bidak hitam selalu mengalami banyak kehilangan bidak-bidaknya. Permainan belum pernah memperlihatkan siapa yang menang siapa yang kalah. Setiap putaran permainan di papan catur ini jarang lagi terjadi skak mat. Terbatasnya waktu selalu mengahiri permainan. Mungkin saja mereka menghindari skak mat di papan catur ini. Mereka sadar betul konsekwensi yang terjadinya ketika skak mat. Siapapun yang di-skak mat, jangan harap dapat kembali bermain di papan catur ini dengan mudah. Kelihatannya Sang Pengendali tak ingin mengambil resiko, padahal jelas-jelas ia menguasai permainan, apa lagi bidak-bidaknya masih tersisa banyak.
Pemain manapun mengetahui bahwa papan catur ini bukanlah papan catur sembarangan. Tidak heran banyak pemain ingin bermain di papan catur ini. Sudah bukan rahasia lagi papan catur ini menjadi incaran banyak pemain, bahkan mereka ingin memiliki papan catur ini. Setiap kali mereka bermain, selalu membawa ambisi untuk memiliki papan catur ini. Tidak mudah merebut papan catur ini. Paling jauh mereka hanya menguasai bidak-bidaknya saja. Bidak-bidak mereka tidak dapat melakukan cara melangkah di luar aturan main yang berlaku di papan catur ini. Aturan ini sangat merepotkan mereka. Satu-satunya cara yang kerap digunakan biasanya memperbanyak bidak-bidaknya. Mereka beranggapan bahwa dengan memperbanyak bidak-bidaknya, mereka mampu mengubah aturan main di papan catur ini. Cara ini memakan banyak waktu dan harus terus menerus terlibat di setiap putaran permainan. Mereka memilih cara ini karena cenderung aman dan efektif. Ya jelas, mereka tidak berharap terjadi skak mat di papan catur ini. Alhasil cara ini telah terbukti mampu mengubah aturan meskipun memakan banyak waktu, setidaknya beberapa aturan main berhasil dimodifikasi sesuai kemauan mereka, sepertinya mereka sudah mengubah aturan dasar permainan ini.
Sang Pengendali sudah memperlihatkan taringnya di hadapan lawan-lawannya, mungkin sedang naik daun. Lawan-lawannya menunjukkan kelelahannya. Sang Pengendali sudah tidak terlalu risau dengan kekuatan lawannya. Ia tidak perlu lagi memikirkan langkah-langkah menguasai papan catur ini. Sang Pengendali hanya menggunakan cara penggandaan bidak pion. Cara yang digunakannya terlihat murah dan efisien yang tidak terpikirkan oleh lawannya. Sangat terasa atmotfir penguasaan Sang Pengendali. Rasakan dan perhatikan, tentakelnya hampir mengelilingi seluruh papan catur ini. Sang Pengendali berhasil mengusir hampir semua bidak-bidak lawannya. Ia mengganti bidak-bidak lawan yang telah kalah dengan bidak-bidak miliknya, beberapa bidak dibawa dari rumahnya. Mau tidak mau lawan-lawan Sang Pengendali harus menyerahkan hasil perjuangannya mengubah beberapa aturan main catur ini kepadanya.
Begitulah papan catur ini, tidak mudah memiliki papan catur ini. Sejak dulu tidak ada satupun pemain yang merasa memiliki papan catur ini. Selalu saja ada hal-hal yang menghambat para pemain untuk memiliki papan catur ini. Kenyataan itu telah dipahami Sang Pengendali. Ia mungkin sudah mendapat cerita tentang nasib bapaknya dulu, waktu itu bapaknya gagal memiliki papan catur ini. Cara bapaknya terlalu brutal untuk menguasai papan catur ini hingga berakhir dengan kerugian. Sang Pengendali mungkin tidak ingin nasibnya seperti babaknya.
Sang Pengendali menggunakan cara lain. Cara ini belum pernah digunakan oleh pemain manapun di papan catur ini. Ia mengusahakan bidak-bidak yang dikendalikan adalah bidak-bidak yang dibawa dari rumahnya, kecuali sang raja. Beberapa cara yang ia gunakan hampir mirip seperti pemain sebelumnya. Bidak-bidak elitnya dipasang untuk mampu memberikan pengaruh kepada sang raja, hanya saja bidak elitnya diusahakan tidak kelihatan. Terlalu mudah ditebak, ia tidak ingin memperlihatkan diri sebagai Sang Pengendali.
Keputusan yang sangat cerdas, bisa dikatakan sadar diri. Sang Pengendali tidak ingin di-black list secara paksa dan sedikit tidak terhormat jika ketahuan dirinya memiliki kendali. Ia memberi tugas tambahan kepada bidak-bidaknya agar menutup-nutupi sosoknya. Bagaikan senapan yang menembakkan peluru, Sang Pengendalai sebagai pemantik, bidak elit sebagai senapan, dan bidak catur sebagai peluru. Sekarang ia menugasi peluru selaku bidak raja dan bidak lainnya untuk memproduksi bidak baru. Sepertinya Sang Pengendali sudah dihantui pikirannya sendiri.
Seharusnya Sang Pengendali tidak perlu kawatir dengan pikirannya itu. Tidak masalah sosoknya terendus semua orang. Nyatanya orang-orang tidak mempermasalahkan sosoknya. Ia mulai terlihat ngawur dengan menyuruh Si Raja memproduksi pion. Terlalu memalukan mengambil langkah seperti itu. Hanya karenya ambisi keserahakan sosoknya menjadi tidak berbanding lurus dengan kekuatan mentalnya padahal dunia mulai menilainya sebagai sosok adikuasa. Tapi lain cerita saat berurusan dengan papan catur ini.
Sang Pengendali mulai terlihat gemetar, gelisah, panik, dan ragu-ragu. Mungkin saja ia mulai terpengaruh oleh kekuatan masa lalu yang tak terlihat di balik papan catur ini. Kekuatan ini seolah-olah memaksa ia mengingat masa lalu bapaknya ketika bermain di papan catur ini. Dipaksa dan terus dipaksa hingga ia terhipnotis untuk mengambil keputusan serupa seperti bapaknya dulu. Tidak ada satupun pemain catur yang mampu mengalahkan bapaknya. Bermain di papan catur manapun babaknya selalu menang. Tapi bapaknya tidak berkutik ketika bermain catur di papan ini. Bidak-bidak bapaknya kalah dari bidak-bidak baru yang dibuat oleh bidak-bidaknya sendiri.
Hari ini bidak-bidak baru yang dibuat oleh bidak-bidak lama Sang Pengendali telah diproduksi. Ia yakin dengan semua bidak-bidak baru itu bahwa bidak-bidak baru itu pasti menurut kepada bidak-bidak lamanya yang masih setia kepadanya. Bidak-bidak baru itu masih lugu dan terlihat seperti anak kecil yang polos. Sayangnya bidak-bidak baru itu tidak mengenal sosoknya. Bidak-bidak baru itu hanya mengenal dan tolol kepada bidak-bidak lamanya. Sedangkan bidak-bidak lamanya itu harus diundi lagi, maksimal dua kali menang masih diperbolehkan menggunakan bidak-bidak yang sama. Sang Pengendali lupa dengan aturan ini atau mungkin tidak sempat mengubah aturan ini. Terlalu beresiko dan terlalu dini Sang Pengendali memberi tahu sosok sebenarnya kepada bidak-bidak baru itu.
Sang Pengendali sebenarnya telah membuat sekenario tak sadar yang memposisikan dirinya seperti bapaknya. Sebentar lagi ia akan mengalami nasib yang serupa seperti babaknya. Alangkah baiknya ia tidak melanjutkan sekenario tak sadar itu. Lebih baik ia ke utara pulang ke rumahnya sambil mengurusi keluarganya. Mendongen cerita-cerita kalsik masa silam dan mengajari anak-anaknya sejarah bangsa-bangsa masa silam, Kerajaan Majapahit menghadapi Bangsa Tar-Tar, kisah Gulagu khan, kisah Berke Khan hingga keterlibatan Jepang di Perang Dunia ke II. Jika itu dirasa terlalu berat, setidaknya ia menjadi kepala keluarga yang baik dan menghilangkan kebiasaan buruk bermain catur di papan yang sakral. Tapi terserah dirinya jika ingin melanjutkan sekenario tak sadarnya. Mungkin saja ia tahu apa yang dirasakan bapaknya dahulu. Ia terlalu sembrono menganggap semua bidak adalah sama, padahal tidak semuanya sama, lebih-lebih bidak-bidak baru ini. Bidak-bidak baru ini tidak ikut mengalami keadaan yang terjadi pada bidak-bidak pendahulunya, tapi bidak-bidak baru ini tahu apa yang telah terjadi pada pendahulu-pendahulunya. Ia hanya mewarisi masalah-masalah dari bidak-bidak lama. Warisan masalah-masalah ini berpotensi menjadi pemicu perlawanan bidak-bidak baru ini kepada Sang Pengendali. Kelak bidak-bidak baru itu akan menghantam dirinya dengan keras hingga membuatnya trauma sebagaimana yang dialami bapaknya.
Congratulations @basuktiok! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!