Hidup ini pilihan, ini kata saya. Kalau kata Ustadz Abdul Somad: "Hidup ini tes, tas tes tas tes. Berani hidup, berani tes. Takut tes, jangan hidup. Takut hidup, mati saja." Hehe... Ustadz favorit saya itu. Baik, tema kita kali ini adalah Aqal & Nafsu. Sebelum kita lebih jauh, kita pahami dulu apa itu Aqal dan apa itu Nafsu.
Aqal adalah sebuah nikmat yang di berikan oleh Allah untuk berfikir, tentunya sebuah pikiran yang didasari ilmu pengetahuan, sehingga dengan pikiran itu kita mendapatkan sesuatu yang baik disisiNya.
Nafsu adalah lawan dari pada Aqal, tentunya itu juga merupakan ciptaan Allah yang di tempelkan kedalam diri manusia, yang ketika kita melakukan sesuatu berdasarkan nafsu tersebut, maka kita mendapatkan sesuatu yang buruk disisiNya.
Hidup, seseorang yang hidup pasti memiliki keduanya, Aqal dan Nafsu. Nah pertanyaan nya, kenapa setiap manusia memiliki keduanya? Bukankah itu ciptaan Allah kedua-dua nya? Lalu, kenapa Allah menciptakan Nafsu yang padahal Allah tau kalau Nafsu itu berpotensi untuk melakukan kesalahan? Berarti Allah menciptakan manusia untuk berbuat salah?
Sebenarnya gampang! Seandainya Allah jawabnya gini, "Jika kepadamu Ku ciptakan Aqal saja, kenapa harus Ku ciptakan kamu? Cukup malaikat saja yang Aku ciptakan." Hmmm, itu seandainya.
Lebih jelasnya, mari kita melihat dalil Al-Quran, Surah Asy-Syams Ayat 7 sampai 10, disana Allah berfirman:
ونفس وما سواها
فألهمها فجورها وتقواها
قد افلح من زكاها
وقد خاب من دساها
Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) Nya
Maka Dia mengilhamkan jalan kejahatan & ketaqwaan
Sungguh beruntung orang-orang yang menyucikan dirinya
Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.
Perhatikan, saat Allah menciptakan Nafsu itu, bukan berarti Allah ingin menjadikan manusia menjadi kotor, justru Allah ciptakan itu untuk membuang potensi-potensi yang tidak baik yang ada pada diri manusia itu sendiri sehingga ketaqwaan muncul.
Seperti kita mencuci baju dari kotoran. Ketika baju kita kotor, apa yang kita lakukan, Kita hilangkan baju? atau kita hilangkan kotoran? Tentu kotoran yang kita hilangkan. Nah setelah kotoran itu hilang, baru nampaklah kebersihan.
Sederhananya begini, Aqal identik kepada Taqwa. Sedangkan Nafsu identik kepada Fujur (Kesalahan). Orang yang bertaqwa akan memiliki beberapa sifat terpuji, misalnya Jujur dan Sabar. Sedangkan yang Fujur adalah lawannya.
Contohnya, ketika kita sedang diarahkan kepada kejujuran, disisi yang lain mengajak kita pada kebohongan. Ketika kita sedang dilatih untuk sabar, yang lain meminta kita untuk marah. Dan seterusnya, dan seterusnya.
Nah, sifat buruk itu Allah ciptakan untuk kita agar sifat yang baik itu muncul. Cuci semua yang buruk-buruk agar kebersihan itu nampak. Sebab jika tidak ada bohong, bagaimana ketahuan jujur? Kalau tidak ada sifat marah, tidak akan diketahui sabar.
Kesimpulannya, Nafsu diciptakan oleh Allah pada dasarnya bukan ingin membuat kita bermasalah, tetapi untuk menjadi katalis untuk mengangkatkan agar sifat Taqwa itu muncul. Sehingga ketika kita menemukan sifat yang tidak baik dari diri kita, cepat cari lawannya.
Sekian, semoga bermanfaat!
Sangat bermanfaat. Urusan kita sebagai manusia adalah mengendalikan nafsu itu supaya tidak salah jalan. Bukan begitu bang @alkaf ?
Benar sekali @cutdellrazaaqna