Ada seorang anak Papua berusia 10 tahun, namanya Jacobus. Suatu hari Jacobus berlari-lari menemui Pak Dollah guru SD di pedalaman Papua. Jacobus meminta Pak Dollah untuk mengobati anjingnya yang sekarat. Pak Dollah tersenyum dan mengiyakan. Lalu mereka berdua menuju rumah Jacobus.
Melihat anjing tersebut sekarat, Pak Dollah yang asli orang Aceh itu menempelkan telapak tangannya ke jidat anjing dan berkata dalam bahasa Aceh
"Hai asee..Ooh asee-nyo keuneuk matee- beu bagah matee-nyo keuneuk hudep-beu rijang puleeh keuh. Bek kayak peu susah loen"
Jacobus yang tidak bisa bahasa Aceh berfikir Pak Dollah membaca mantra dengan menggunakan bahasa Latin. Diam-diam Jacobus menghafalkan kata-kata yang dia kira do'a tersebut. Setelah itu Pak Dollah langsung pulang.
Beberapa hari kemudian,Jacobus berlari ke rumah Pak Dollah bermaksud melaporkan bahwa anjingnya sudah sembuh. Namun ternyata, Pak Dollah sedang sakit. Jacobus terkejut, langsung menuju ke kamar Pak Dollah dan menempelkan telapak tangannya ke kening Pak Dollah.
Selanjutnya Jacobus membaca mantra, "Hai asee...Ooh asee, nyo keuneuk matee-beu bagah matee-nyo keuneuk hudeep-beu rijang puleeh keuh. Bek kayak peu susah loen...".
Pak Dollah kaget lalu tertawa sambil membetulkan kain sarung dan langsung sembuh serta membuka perangko (koyo cabe) yang telah ditempel di kepalanya.