Dia. yang kau agungkan dan damba
hanya menganggapmu sebagai piala,
sementara yang menganggapmu segala
kau selalu berikan abai
lalu dia memutuskan pergi
dan meninggalkan bianglala abadi.
sayangnya, naskah penyesalan yang sudah
kau rancang terhenti di ujung lidah,
rencana maaf pun menggantung pada entah.
lalu dia menjadi milik seseorang di suatu hari
yang kau sebut beruntung sepanjang usia,
sedangkan kau hanya bisa
berharap musim hujan di matamu segera usai