Sore pukul 18.30 WIB hari senin 20 Agustus 2018 di Peunayong, tidak jauh dari jalan mesjid Peunayong terjadi tabrakan antara mobil sedan milik Saiful Bahri salah seorang karyawan kontrak Badan Pembinaan Dayah provinsi Aceh dengan sepeda motor merk Spacy yang ditumpangi Maitanur dan Sahar Shulhan Kasrawi, sekretaris dan anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) chapter Aceh Jaya.
Maitanur dan Kasrawi baru saja pulang dari pasar Peunayong berbelanja untuk kebutuhan Meugang dan Persiapan lebaran Idul Adha 1439 Hijriah. Dengan membawa sejumlah barang belanjaan itu pulang hendak pulang melewati jalan Pocut Baren, tetapi karena padat dan begitu macetnya jalan sore itu membuat mereka harus berubah rencana dengan membatalkan melewati pocut Baren tetapi lurus saja dari arah T.Panglima Polem menuju arah mesjid Peunayong. Kebetulan sekali jalannya sepi, tentu saja dengan leluasa dapat melewatinya, namun tanpa disadari harus mengalami kecelakaan.Tiba-tiba sebuah mobil sedan milik Saiful Bahri, bergerak dari arah bengkel dan menabrak punggung sepeda motor spacy dan dengan penuh kaget “Allahu akbar!” Saya (Maitanur) terjatuh terpental ke arah kiri jalan sembari terguling-guling. Syukurnya kami menggunakan helm yang sempurna sehingga benturan keras itu tidak membuat kepala pecah. Kasrawi terkilir, luka lecet dan memar, tentu saja kasrawi yang juga jago silat mampu bangun lebih cepat, sedangkan saya harus bergulat dengan aspal yang kasar. Setelah posisi badan saya menetap di badan jalan, kemudian berusaha berdiri dan di bantu sejumlah warga sekitar yang datang mengerumuni, mereka menggandeng tangan saya dan ada juga salah seorang nenek etnis tionghoa yang memberikan aqua gelas untuk saya minum. “Aduh, kasihan ibu itu, tolongin, kasih minum dulu” katanya sambil menunjuk dan mendekati.
Dada saya sakit dan sesak, kepala pusing, telinga berdengung, batang leher terkilir, tangan kiri luka, kaki kiri luka, lecet dan bengkak kehitaman, bahu susah digerakkan, tulang belakang terasa nyeri, tangan kanan bengkak dan terkilir, air matapun mengalir menahan sakit yang tak tertahankan. Ketika berdiri, saya sempat memperhatikan mobil yang telah menabrak kami dari arah belakang dan orang yang mengendarainyapun berjalan mendekati dan berusaha membantu mengantarkan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh. Wajahnya terlihat pucat seperti ketakutan dan was-was cemas. Sebelum naik ke mobil itu saya minta kasrawi memberitahu kondisi kecelakaan pada suami dan meminta dia menyelamatkan barang-barang yang berhamburan termasuk belanjaan dan HP. Teman-teman, keluarga besar juga tidak saya beritahukan kejadian ini, kecuali FAMe chapter Aceh Jaya dengan berita biasa saja. Saya mau fokus pada penanganan kesehatan agar cepat tertangani. Saya khawatir jika keluarga dan para sahabat tahu kejadian ini, akan menjadi besar dan heboh jadinya, sementara saya mau fokus sembuh dan memperkecil masalah dengan berdamai tanpa melihat siapa yang benar dan salah.
Saya di boyong ke mobil sedan dan duduk di kursi belakang. sambil menahan sakit saya mendengar Saiful Bertanya “ Ibu mau saya antar kemana? Rumah sakit Zainal Abidin atau Kesdam? Saya jawab “ke Kesdam aja Pak Lebih dekat”. Di mobil dia mengajak saya berbicara dan dia sempat bercerita rasa traumanya terhadap kecelakaan yang dialami oleh istri dan saudaranya sebelumnya, selama perjalanan menuju rumah sakit Kesdam, sehingga ketika mengalami kecelakaan ini membuat dia katanya lebih peduli. Kamipun tiba di IGD RS Kesdam Iskandar Muda, para perawat membawa saya dengan kursi roda, saya disilakan berbaring di tempat tidur pasien. Dokter dan perawat membantu mengobati luka dan melakukan diagnosa dengan cekatan. “Dok,kepala, batang leher dan telinga saya sakit bagian kanan, dada bagian tengah sakit, gimana dok, kalau dikasih obat yang kimianya rendah ya, terima kasih atas bantuannya dokter”. Dokterpun menjawab “baik bu, kami akan kasih obat, jika ibu nanti jika masih pusing, muntah dan merasa nggak enak, silakan kembali lagi ke IGD ini, takutnya ada luka dalam, kalau luka lecet yang ibu alami memang lebih sakit dari luka besar, biasanya perihnya akan terasa berulang-ulang seperti disayat-sayat”.
Setelah pengobatan dilakukan, saya minta ijin sama dokter, kalau bisa agar dibolehkan pulang, karena saya teringat meugang dan lebaran Idul Adha, walaupun tidak bisa merayakannya dengan kebahagiaan, tetapi setidaknya bisa berkumpul dengan keluarga. Saya teringat anak saya yang bungsu yang sedang demam tinggi dan ayah saya yang sedang sakit di rumah.
Setelah berkomunikasi dengan keluarga, saya diminta antar pulang ke rumah di perumahan persahabatan Indonesia Tiongkok, Neuheun Aceh Besar oleh Saiful Bahri yang ditemani seorang pemuda salah satu temannya. Sebelum pulang saya minta kasrawi mendokumentasikan foto saya di IGD, lalu meminta dia menyusul dari belakang karena motornya masih bisa jalan, hanya saja kondisinya rusak bagian kiri dan depan akibat gesekan dan bantingan kecelakaan.
Sekitar pukul 19.20 WIB tiba di rumah, disambut keluarga dan meminta kami shalat lebih dulu, Saiful Bahri dan temannya shalat diruang tengah dan berikutnya saya shalat magrib terlambat malam itu karena gangguan gerakan dan luka fisik, saya memilih tayammum dan shalat diatas tempat tidur sembari meluruskan posisi kaki. Setelah shalat selesai kami duduk bersama sambil berkenalan karena sebelumnya tidak pernah kenal sama sekali. Tidak lama kemudian adik ipar Musnahayati dan T. Daman Sulaiman datang dan juga menyarankan memanggil tukang urut datang segera,” Nyan payah hoi tgk. Din, meuhan kakak payah puleh eunteuk meunyoe telat ditangani” (itu harus panggil tgk. Din, kalau tidak kakak sulit sembuhnya nanti). Kami menyetujuinya, dan tidak lama tukang urutnya datang mengobati termasuk membuat obat khusus karena tangan kiri hingga belakang kiri saya parah. Setelah selesai diapun dia pamit dan Saiful Bahripun memberikan sejumlah uang kepada tukang urut itu sebagai biaya jasa pengobatannya.
Setelah tukang urut berlalu, terjadi percakapan ringan, tidak lama kemudian Saiful Bahripun mohon pamit seraya berkata” ka gotlah meunan, kamoe lake ijin dilee, meunyoe na peu-peu neutelpon mantong bak lumboi HP saknyoe” (Baiklah kalau begitu, kami mohon pamit dulu, kalau ada apa-apa telpon saja ke nomor HP tadi, maksudnya nomor HP dia yang saya gunakan untuk menghubungi keluarga pada penanggulangan kecelakaan di rumah sakit Kesdam). “Get-get, semoga beujeut ke syedara tanyoe” (baik-baik, semoga kita bisa jadi saudara) sahut suami, sambil berlalu dan senyum bersama.
Hari-haripun berlalu, Saya dirawat dirumah dengan resep dokter dan obat dari tgk Din, serta obat yang saya pesan dari Aceh Selatan. Ketika obat dokter habis, senin tgl 27 Agustus 2018 sayapun berobat ke Puskesmas Baitussalam Kajhu, Aceh Besar dan dirujuk kembali ke RS Kesdam pada poli bedah, tetapi surat rujukan tidak bisa diambil hari tersebut dan disarankan petugas kembali besok, selasa 28 Agustus 2018. Pagi pukul 08.00 WIB saya sudah di Puskesmas dan 09.00 WIB, telah ada surat rujukan, kamipun segera ke RS. Kesdam. Awalnya kami mendaftar dan mengurus administrasi, lalu menunggu dokter di poli bedah, ketika bertemu dokter bedah dia memberikan rujukan ke spesialis penyakit dalam. Kamipun kemudian menjumpai dokter spesialis dalam dan setelah diperiksa di ruangannya, iapun merujuk ke dokter jantung untuk mendapatkan tindakan IKG. Kami segera menuju poli Jantung, “Peu haba Mai, Soe yang saket?” ( apa kabar Mai, siapa yang sakit? tanya dokter Azhari spesialis jantung yang juga merupakan keluarga saya juga, “lon Bang, dada lon saket dipok moto sedan dari likot” (saya Bang, dada saya sakit ditabrak mobil sedan dari belakang) sahut saya sambil senyum. Lalu sayapun didiagnosa serta di IKG, petugas IKGpun memberikan hasilnya pada dokter, dokternya mengatakan bahwa jantung saya mengalami kelainan irama alias vest, lalu hasil IKG tersebut saya bawa kembali ke dokter spesialis penyakit dalam.
Saya kembali menunggu dan menjumpai dokter spesialis dalam untuk menyampaikan hasil IKG, dia berkata “ Ibu, memiliki single vest pada jantung, saya berikan obat ya,” sang dokter kemudian memberikan obat rawat jalan “ Bu, setelah resep ini habis, jangan lupa ibu minta rujukan kembali , agar jantung ibu di IKG lagi, ibu mengalami single vest, biar nanti bisa kita kontrol kondisinya”, dokter spesialis penyakit dalam mengakhiri pembicaraan.
Selanjutnya kamipun mengagendakan waktu untuk memperbaiki motor yang rusak karena saya menggunakan motor ini untuk kerja ke kantor dinas pendidikan Aceh Jaya. Sepeda motor keluaran spacy ini memang sulit mendapatkan casing bodynya karena sudah tidak diproduksi lagi. Kami mendatangi AHASS jalan Panglima Polem, Peunayong Banda Aceh. “Barang habis dan harus di pesan khusus, kalau jadi kami pesan dulu” kata karyawannya,Kami pamit dari AHASS tersebut dan mencoba mencari lagi di AHASS yang lain di Peunayong. Alhamdulillah, masih rezeki ternyata body yang dimaksud ada dan sayapun meminta petugas menggantinya, sebelum diganti saya mengabadikan fotonya pada kamera HP saya agar mudah nantinya saya koordinasikan dengan Saiful Bahri.
Rabu, tanggal 29 Agustus 2018, sayapun menelepon Saiful Bahri, saya memberikan informasi perkembangan kesehatan saya yang mulai membaik dan akan aktif bekerja kembali. Disamping itu disampaikan juga bahwa sepeda motor telah diperbaiki pada bagian yang rusak saja, sedangkan bagian rusak lain yang berupa goresan tidak saya perbaiki ”Meunoe, honda kaleuh lon perbaiki laju karena peurle lon pakek untuk keurija, total biaya habeh Rp. 1.030.000, kira-kira padup yang jeut neupartisipasi? Hana lon patok pih, sebab honda pih katuha koen baroe” (begini, sepeda motor sudah saya perbaiki karena keperluan untuk digunakan kerja, total biaya yang habis satu juta tiga puluh ribu, kira-kira berapa yang bapak bisa bantu partisipasi? Tidak saya tentukan, karena honda juga honda lama bukan baru ), kata saya . Saiful Bahri menjawab “ nyoe lake meuah cit bak ibu, moto lon pih rusak berat cuman hana lon peugah sapeu lom bak ibu, lon nyoe hana ditempat mantong di lapangan” (ini minta maaf juga sama ibu, mobil saya juga rusak berat tetapi saya belum bilang apa-apa ke ibu) bagai petir di siang hari saya mendengar pernyataan dia,sedih dan merasa kecewa “kajeutlah Pak beuh, lon bithe mantong bak droneuh sebab malamnyan kaleuh tasepakati meunyoe na peu-peu takomunikasikan lom ngon hp” (oklah Pak, saya beritahukan saja sama Bapak karena malam itu sudah kita sepakati jika ada apa-apa dikomunikasikan lagi dengan HP).
Saya kesal mendengar pernyataan beliau yang keberatan berpartisipasi untuk sekedar mengambil sedikit tanggung jawab moral atas kecelakaan itu, “kiban le bapaknyan, tanyoe yang dipok dari likot, ka jih yang curhat moto gobnyan bak tanyoe aleuh nyan keberatan lom berpatisipasi ganto rugoe honda yang ka reuloh, tajok hatee geulake jantong.Peu dipikee tamengemis lake-lake peng bak jih, nyan lon sampaikan pih mangat na tanggung jaweub bacut, meunyoe lon perle peng tinggai claim bak jasa raharja ka bereh. Tanyoe ka saket, hana tamong keurija, keluarga hana taruruh, watee ka rugoe, aneuk hana sikula karena bak jaga-jaga tanyoe. Peu hana dipikee, ka tapeuubit masalah, ka ngeyel gob nyan. Hana gentle sagai, Ka keuh bek telpon-telpon le gobnyan. Bah tapeugah mantong bak gob, meunyoe na masalah ngon jih beuhati-hati, bek bagah tat weuh hate. Phon kejadian mameh keudeh, rupa jih meunyaknie cit ureung jih” (Bagaimana pula Bapak itu, kita yang ditabrak dari belakang, sudah dia pula yang curhat tentang mobilnya sama kita dan keberatan berpatisipasi ganti rugi kerusakan sepeda motor saya, dikasih hati minta jantung. Dia pikir saya pengemis minta-minta duit sama dia, itupun saya sampaikan biar enak ada tanggung jawab sedikit, kalau saya perlu uang saya tinggal claim ke jasa raharja udah beres, kita sakit, tidak masuk kerja, keluarga tidak terurus, rugi waktu, anak nggak sekolah karena harus merawat saya, apa tidak dipikir, sudah kita perkecil masalah, sudah ngeyel pula dia, tidak gentle sekali, ya sudahlah tidak usah telpon-telpon lagi dia, biar kita kasih tahu orang lain aja, kalau ada masalah dengan dia berhati-hati, jangan cepat kasihan, pertama kejadian manis, rupanya ngeyel orangnya).
Kejadian ini sengaja saya tulis agar siapapun yang mengalami musibah seperti saya, jangan pernah kasihan dulu terhadap pelaku melainkan harus diproses dulu secara hukum, baik hukum formal maupun hukum adat agar ada etika dan tanggung jawab moral yang baik dari pelaku terhadap korban. Cukup saya saja yang mengalami kejadian seperti ini. Semoga Allah memberikan rahmatnya bagi saya dan keluarga yang telah mengalami musibah lainnya.
Buat Saiful Bahri saya ucapkan terima kasih atas hadiah Idul Adhanya yang menjadi kenangan hidup bagi saya. Yang harus anda ingat adalah tanpa saya doakanpun hukum Newton III akan berlaku untuk anda atau keluarga anda baik disengaja ataupun tidak.
Photo Motoe dan BL Neu Aploadd,...
Bah Jiturie lee rakan-rakan yang Laenn
Hana sempat foto Pak, tapi lon ingat moto sedan.
Congratulations @maitanur! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Semoga cepat sembuh ya kakakku. Ikhlaskan saja, insyaallah kk dimudahkan pada urusan yang lain. Untuk si pelaku biarlah Allah yg menghukumnya. Seperti yg kk bilang hukum Newton III akan berlaku. Yel juga percaya dengat teori itu yang sering disebut low of atraction, (LOA).
Amin, terima kasih Yelli. Semoga Allah membimbing hati kita pada jalan yang benar. Benar Yelli adanya hukum itu, maka kita fokus saja pada pekerjaan kita, kejadian ini membuat saya produktif juga mengabadikannya dalam sebuah tulisan walau telat saya upload karena jemari waktu itu masih kurang pas menulis. Alhamdulillah saya masih diberikan banyak kemudahan dan rahmat dari Allah. Alhamdulillah 3x.
Saya sendiri merasa sedih dengan kejadian yang menimpa Bu Maitanur, semoga diberikan kesabaran oleh Allah SWT.
Amin Ya Allah, terima kasih doanya sahabat.
Semoga kak @maitanur dan keluarga diberi kesabaran dan mendapatkan hikmah disebalik musibah ini. Juga kepada pelaku penabrak semoga dibukakan Allah pintu hati kemanusiannya. Kasian juga jika anak dan keluarganya mengalami hal yang sama. Semoga kita dapat memanfaatkan akal-pikiran, sebagai harta berharga pemberian-Nya.