Hanya beberapa kampus mungkin di Indonesia yang agak sedikit terbuka dan tertata pendidikan untuk Mahasiswanya, meski keuntungan dan jabatan tetap nomor 1 Buk @mariskalubis, selebihnya Ibu nilai sendiri... Saya termasuk korban yang ingin merubah pola pikir penguasa kampus, hingga akhirnya saya yang jadi korban. Begitu juga yang lainnya termasuk kawan kita Buk @mariskalubis, beliau tidak mendapatkan jabatan apa2, karena sering mengkritik kebijakan Penguasa kampus tempat beliau mengabdi.
Padahal tujuan dan keinginan beliau sangat mulia, tapi apa daya kampus tempat beliau mengajar, hanyalah lumbung ekonomi para penguasa. Sementara kualitas Mahasiswa tidak perlu ditanyakan Buk, jangankan menjual keluar Aceh, di Aceh saja hampir malu kita bilang bahwa saya lulusan S 1, sementara kemampuan kita setingkat SMA. Begitulah realita dilapangan Buk, semoga mereka cepat punah dan datang generasi yang mau memikirkan kemajuan, dengan tidak menempatkan ekonomi nomor 1. Orangnya rahasia dan itu hanya pendapat saya Buk...
Salam
Terima kasih untuk sharingnya @safwaninisam. Saya dulu memilih pulang ke Indonesia karena ingin sekali membantu negeri tercinta, walaupun saya bisa saja menetap di luar negeri dengan gaji besar dan kehidupan mapan. Namun alangkah sedihnya karena saya sering "dibuang", pernah karena alasannya masih terlalu muda untuk mengajar S2 dan juga karena bidang ilmu yang saya pelajari bekum ada tempatnya di kampus2. Saya bingung, sengaja saya pulang membawa ilmu yang belum dipelajari oleh orang di sini, dan memang hampir tak ada yang mau karena berat dan susah masuk sekolahnya, aplg untuk lulus. Alasannya benar-benar tak masuk di akal, kampus kok seperti itu.
Saya paham bila banyak yang mengalami peristiwa sama seperti dirimu, bukan hanya di kampus tapi di mana-mana. Orang yang tak berkualitas malah menjabat, kan? Bagaimana mau beres coba?
Soal pendidikan tinggi, bagi saya bukan segalanya. Malah sekarang banyak perusahaan yang mengerti, mencari karyawan bukan karena gelarnya karena gelar tak menjamin. Saya sendiri malas memilih karyawan yang sekolah tinggi, masih muda, tapi tak tahu apa-apa, kebanyakan sombong pula! Hedeh, lebih baik yang sekolah dari alam saja, lebih tahu bagaimana menjadi manusia. Sekolah tinggi tidak jaminan sanggup menjadi manusia yang seutuhnya, kok! Sukses? Hahaha... Sukses kalau hanya urusan jabatan dan uang sih, saya nggak anggap sukses, tapi jika sudah bisa menjasi manusia yang seutuhnya, baru saya anggap sukses.
Jadi, jangan kecil hati! Biarkan saja, bagus juga kok tak menjabat saat ini, daripada masuk dalam lingkaran setan. Diselamatkan oleh Allah dengan cara seperti itu, kan enak...
Salam hangat selalu.
i Like U comment
Thank you @sambassador.