BUAH SIMALAKAMA : Semangat dan Kerja Keras Penambang Kapur di Bukit Tui
Saat MC menyebutkan bahwa pertunjukan Buah Simalakama Karya Dr. Edward Zebua, M.Pd akan di mulai, perlahan musik mulai di mainkan oleh para player yang sarat akan suasana kepiluan. Lampu perlahan hidup di atas panggung gedung pertunjukan Hoeridjah Adam yang sudah di setting menjadi sebuah rumah kecil yang dipagari oleh pagar bambu dan memiliki simbol kuat bahwa rumah itu bukanlah rumah orang yang berpangkat melainkan sebuah rumah keluarga miskin, rumah yang menggunakan bahan triplek dengan satu pintu utama dan satu jendela yang juga terbuat dari triplek, di sudut sebelah kiri panggung nampak sebuah setting dengan simbolkan artistik sebuah bukit berbatu yang dibuat menggunakan kertas semen.
“Aku Hanya Mengatakan Sesuai Kenyataan. Alam Tempat Kita Hidup, Harus Tetap Dijaga Keseimbangannya. Bila Keseimbangan Alam Terganggu Akan Muncul Malapetaka. Aku Bukan Hendak Mengajari Ayah, Tapi Aku Benar-benar Khawatir. Apakah Ayah Yidak Khawatir? Kebetulan Kuliahku Mempelajari Tentang Alam Yang Merupakan Sebuah Mata Rantai Keseimbangan, Bila Salah Satunya Dirusak, Maka Akan Terjadi Bencana Yah!”
Foto oleh : Jeni Yuhardi
Pertunjukan Teater persembahan karya individu Dr. Edward Zebua, M.Pd pada 26 April 2018 pukul 20.00 WIB di Gedung Pertunjukan Hoeridjah Adam Institut Seni Indonesia Padangpanjang dengan naskah Buah Simalakama karya Dr. Edward Zebua, M.Pd yang di sutradarai oleh pengarangnya langsung yaitu Dr. Edward Zebua ini mendapat apresiasi yang cukup baik oleh publik dengan penuh nya gedung pertunjukan oleh penonton pada malam itu. Penonton yang datang bukan hanya dari kalangan Mahasiswa dan Staf Pengajar Institut Seni Indonesia Padangpanjang saja, namun juga dari kalangan politik seperti anggota DPRD Padangpanjang, Calon Walikota Padangpanjang dan beberapa petinggi di Universitas lain seperti Ketua Program Studi Lingkungan S2 dan Ketua Prodi Lingkungan S3 dari Universitas Negeri Padang dan juga Mahasiswa S2 dan S3 Universitas Negeri Padang.
Pertunjukan teater dengan Naskah Buah Simalakama ini di bantu dengan instrumen musik tradisional Minangkabau, dengan Komposer Jumaidil Firdaus dan dibantu oleh pemusiknya Toni Julianto, Vereki Martiano, M Herka Syahputra, Bayu Eka Saputra, Hamidun Saputra, M Hadi Habib, Alvin Ramanus, Uria Novita, didukung oleh artistik dengan penatanya adalah Rahmad Ridwan Fajri, dan Aktor dalam pertunjukan teater dengan naskah Buah Simalakama ini adalah Raden Afrizal Gilang Anarkhi sebagai Anak/ Mahasiswa, Desrianto sebagai Ayah/ Syahrial, Ami Trisayuti sebagai Ibu/ Kamisah, Yayan Hidayat sebagai Tetangga, Fajar, Anggi, Rahman, Fiqri, Annisa, dan Fajri sebagai Warga. Pertunjukan ini berlangsung sekitar 45 menit dan dapat terselenggara berkat kerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi Seni Teater, Himpunan Mahasiswa Jurusan Karawitan, Himpunan Mahasiswa Jurusan Musik, Himpunan Mahasiswa Jurusan Fotografi dan Himpunan Mahasiswa Jurusan TV dan Film Institut Seni Indonesia Padangpanjang.
Pertunjukan “Buah Simalakama” merupakan kisah nyata pada tahun 1980an yang coba dianggkat ke atas penggung teater dan menyajikan sebuah keluarga menengah kebawah yang hidup di lingkungan bukit berbatu yaitu bukit Tui padangpanjang. Sebuah keluarga serba kekurangan yang menyambung hidup dengan menambang batu kapur, namun kekurangan tidak menyurutkan langkah mereka untuk menguliahkan anaknya ke bangku kuliah Pertambangan. Mereka rela menahan malu, cacian, dan cemohokan tetangga yang menggap mereka rendah dan tidak berguna namun cita-cita seorang ayah untuk menguliahkan anaknya harus tetap terwujud walau appapun hambatannya. Bapak Syahrial merupakan penambang kasar bukit Tui yang memiliki cita-cita sangat tinggi bahwa kelak anaknya tidak lagi menjadi penambang kasar seperti ayahnya, namun adalah seorang penambang sejahtera dengan puluhan anak buah atau penambang yang duduk di kantor pemerintahan. Bapak Syahrial menyadari bahaya yang di depan matanya bahwa kecuraman bukit yang hampir 90 Derajat tidak baik untuk di tambang karena sewaktu-waktu bukit itu dapat saja runtuh, namun keadaan memaksa Syahrial untuk terus menggali batu demi berlangsungnya hidup rumahtangga dan demi menguliahkan anaknya. Ia mencoba mengesampingkan kecemasan akan bahaya yang akan datang. Namun sang anak terus mengingatkan ayahnya bahwa penggalian batu di kaki bukit Tui itu sangat berbahaya dan menimbulkan pertikaian pemikiran antara anak dan bapak. Tidak hanya dengan anak dan bapak, si anak juga kembali menyadarkan ibunya yaitu Ibu Kamisah mengenai bahaya yang ada dengan terus menggali batu di bukit Tui, namun hal itu tidak diindahkan oleh ibunya karena alam memang harus dirusak demi kepentingan perut. Tokoh Anak berada dalam posisi yang serba salah namun dia harus mencoba menahan diri agar pertikaian pemikiran antara dia dan kedua orang tuanya tidak terus berlarut.
Hal yang sangat mencuri perhatian penulis dengan pertunjukan teater yang dilakoni oleh Raden Afrizal Gilang Anarkhi yang merupakan tokoh sentral ini adalah pertunjukan dengan setting simbolis, di koordinasi oleh beberapa tokoh dan panggung akan dapat sangat dikuasi oleh segi akting. Dr. Edward Zebua, M.Pd sangat berani membuat dan langsung menyutradarai naskah Buah Simalakama yang merupakan naskah tragedi kisah nyata dan kekuatan pertunjukannya pada kata-kata dengan tidak memiliki basic teater sebelumnya namun sangat berani menyelami dunia teater. Dr. Edward Zebua, M.Pd cukup di apresiasi karena membuat dan menyutradai langsung nakah yang memiliki kompleksitas konflik baik dari segi psikis dan sosial. Dr. Edward Zebua, M.Pd terlihat santai menyutradari naskah yang terbilang rumit ini dengan cukup luwes dan dapat menarik perhatian penonton.
Ada sedikit catatan kecil dari penulis mengenai pertunjukan teater tersebut. Dalam permainan aktor di atas panggung, sutradara kurang memperhatikan suasana dalam naskah untuk dapat membangun dramatik pertunjukan. Aktor memainkan naskah dengan kurang penghayatan terhadap peristiwa yang tengah dialami sehingga pertunjukan terkesan flat dan tidak terlalu menguras air mata penonton. Namun apabila pertunjukan ini lebih di dramatisasi akan dapat membuat penonton meneteskan air mata hingga pertunjukan usai. Karena naskah ini terbilang sangat ringan dengan banyak satyr yang akan membuat penonton sadar betapa pentingnya menjaga keseimbangan alam.
Paradoks Tokoh Anak
Tokoh anak sangat menentang Ayahnya yang bekerja menggali batu karena Ia sangat mempertimbngkan kerusakan alam yang akan terjadi apabila bukit itu terus di gali namun si anak tidak dapat untuk terus mempertahankan pendapatnya dan melarang ayahnya bekerja menggali batu karena apabila sang ayah berhenti menggali batu, maka berhenti pula asap di dapur Ibunya. Hal ini menjadi konflik batin yang sangat rumit pada tokoh Anak. Tokoh anak yang mempelajari kebenaran mengenai alam di bangku kuliahnya namun tidak dapat melarang sang ayah untuk berhenti menggali batu. Tokoh anak menahan diri agar tidak terjadi pertikaian antara dirinya dan kedua orang tuanya.
Sang anak memiliki cita-cita yang berlainan dengan cita-cita ayahnya. Cita-cita sang anak adalah untuk menjadi sarjana hukum karena menurut perspektif sang anak bahwa hukum lebih parah daripada lingkungan. Pengadilan memang cukup banyak namun keadilan sangat sulit untuk di dapatkan terlebih bagi orang-orang miskin. Karena si anak memandang kehidupan ekonomi dan sosial di kaki bukit Tui itu jauh dari sentuhan Hukum yang adil. Namun si anak mengesampingkan cita-citanya demi mewujudkan cita-cita sang ayah tercinta untuk menjadi Sarjana Pertambangan.
Situasi yang sangat sulit dan keterpurukan mental di hadapi tokoh anak ketika dia pulang dengan membawa ijazahnya, namun sang ayah sudah terbujur kaki di dalam pusara akibat longsoran batu yang menimpa ayahnya ketika bekerja menggali batu di kaki bukit Tui. Sang anak tidak lagi dapat menahan diri. Dia berada dalam posisi dimana ia pulang dengan bahagia lulus dengan Yudisium terbaik dan dapat membuat orang tua nya bangga namun kenyataan yang dihadapi nya bertolak belakang dengan apa yang tokoh anak bayangkan.
Foto Oleh : Afrilian Helwina
Congratulations @zulhijasri! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!