Ujian Non Paper; Cara Kita Menjaga Hutan

in #steemiteducation7 years ago (edited)

image

GUNA memahami dan mengetahui sejauh mana peserta didik sudah mengetahui dan memahami materi pelajaran yang sudah dipelajari dan didiskusikan bersama, maka seorang pengajar mesti melakukan serangkan tes atau ujian. Ujian merupakan cara seorang pengajar di sebuah lembaga pendidikan untuk mengukur tingkat peresapan sekumpulan pengetahuan yang telah di pelajari bersama.

Nah, di sekolah Sukma Bangsa Pidie (SSB) ada cara baru yang digunakan oleh para pengajar disana untuk menguji para peserta didiknya. Jika dibanyak sekolah lain ujian cenderung dilakukan dalam bentuk paper (menggunakan kertas). Artinya siswa diuji seputar pemahamannya dalam bentuk teori, maka di SSB ujiannya dilakukan dalam bentuk non paper (tidak menggunakan kertas).

Ujian non paper merupakan alternatif baru yang memiliki segudang manfaat. Diantaranya banyak manfaatnya yaitu, membantu dalam menjaga keberlangsungan ekosistem hutan.

image

Ya, melalui ujian non paper, keberlangsungan hutan di dunia ini terjaga. Hutan yang tak lain merupakan paru-paru bumi dengan beragam pohon-pohonnya, yang memberikan output oksigen bagi keberlangsung kehidupan makhluk manusia dan makhluk lain, sudah barang tentu harus dijaga dan kita rawat bersama.

Logikanya, dalam kaitan dengan ujian bentuk paper, sekali kita melakukan aktivitas pengujian seperti itu maka ada ribuan kertas yang mesti dihabiskan nilai gunanya oleh peserta didik. Kertas bersumber dari pohon kayu, yang sebelumnya sudah diolah menjadi bubur kertas, lalu diproses menjadi kertas-kertas.

Bayangkan ada berapa banyak lembaga-lembaga pendidikan yang masih menggunakan ujian dalam bentuk paper. Cukup banyak sudah pohon-pohon kayu yang dihabiskan untuk aktivitas pendidikan itu.

image

Padahal, sejatinya, masih ada cara-cara lain dalam menyukseskan aktivitas pendidikan (menguji peserta didik) guna mengukur tingkat pemahaman dan pengetahuan mereka. Sebagaimana para pengajar di SSB –mungkin bisa anda aplikasikan di lembaga anda, ujian yang dilakukan dominannya non paper. Yaitu dengan cara memberikan project kepada peserta didik.

Project itu bisa dikondisikan kesesuaiannya dengan materi yang sudah dipelajari. Dan, tolak ukur atau model penilaiannya juga disesuaikan dengan pelajarannya. Jangan sampai pelajarannya saintis tapi projectnya malah mengarah ke ranah sosialnya. Ini akan rancu jadinya. Begitu juga sebaliknya.

Melalui cara-cara seperti itu, yakin atau tidak, setuju atau tidak, secara tidak langsung kita telah menjaga keberlangsungan hutan melalui aktivitas pendidikan yang tidak hanya bergumul dengan teori saja.

Istilah orang kita (Aceh), "Sipat tak dua pat luet". Ya begitulah lebih kurang. #nyanban

image

image

Note: Semua gambar merupakan dokumentasi penulis mengenai pelaksanaan ujian project mapel PPKn dan Sosiologi tentang "Simulasi Sidang Pengadilan"


Selasa, 5 Juni 2018 II @emsyawall

Sort:  

Sipat tak dua pat luet jeut nepakek bak yg laen cit, angkoet laju saboeh😃

Haha kiban maksud nyan kak @rahmayn