Ayumi, gadis cilik berusia 8 tahun. Ia selalu ingin tahu tentang banyak hal, tapi agak penakut. Beberapa hari belakangan ini, anak perempuan itu sering memperhatikan kebiasaan ayahnya. Pak Rasyid, ayah Ayumi, selalu minum segelas kopi hitam saat sarapan. Ayumi penasaran, mengapa ayahnya begitu menyukai minuman berwarna hitam pekat itu? Ayumi memang belum pernah minum kopi sebelumnya. Bagi Ayumi, kopi adalah minuman yang menakutkan karena warnanya hitam.
“Kenapa, sih, Ayah suka minum kopi?” Ayumi bertanya dengan muka serius.
Pak Rasyid tersenyum, lalu menjawab,” Karena kopi itu minuman paling nikmat, Nak.”
“Masa, sih, Yah? Kopi itu, kan, warnanya hitam. Pasti enggak enak,” seru Ayumi, tak percaya.
“Coba dulu, dong. Nih!” Pak Rasyid menyodorkan gelas kopi kepada Ayumi.
“Enggak, ah. Ayumi enggak suka,” tolak Ayumi.
“Kalau ingin tahu, nggak ada salahnya, kan, mencoba?” kata Pak Rasyid, lalu menyeruput kopi yang tinggal separuh.
Siang itu, saat istirahat di kelas, Ayumi mengobrol dengan Meta. Meta teman sebangku Ayumi. Rupanya gadis berpipi tembam itu masih penasaran dengan rasa kopi.
“Meta, kamu pernah minum kopi?” tanya Ayumi.
“Belum pernah. Aku sebenarnya pengin mencoba juga. Tapi kata Mamaku anak kecil enggak boleh minum kopi.” Meta menjawab sambil meraut pensilnya.
“Lho, memangnya kenapa, kok, anak kecil enggak boleh minum kopi?” Ayumi semakin penasaran.
“Kata Mamaku nanti bisa sakit perut dan enggak bisa tidur,” ujar Meta.
“Eh, itu ada Eriko.” Ayumi menunjuk seorang anak lelaki berambut ikal. Bocah itu teman sekelas Ayumi dan Meta.
“Dari mana, Eriko?” tanya Ayumi.
“Main bola,” jawab Eriko singkat, peluh tampak membasahi baju seragamnya.
“Eriko, kamu pernah minum kopi?” Arumi bertanya lagi.
“Sering,” ujar Eriko.
“Katanya anak kecil enggak boleh minum kopi?” tanya Meta.
“Kata siapa? Kopi itu enak tahu.” Eriko berkata sambil mengacungkan jempol kanannya.
“Masa, sih? Minuman hitam kayak gitu enak?” Ayumi masih tidak yakin.
“Kalau aku suka kopi susu, kopi yang dicampur susu. Jadi warnanya coklat, enggak hitam.” Eriko menjelaskan.
“Oh, jadi kopi bisa dicampur susu?” Ayumi jadi tambah penasaran.
“Ya, iyalah. Masa kamu enggak tahu, sih?” Eriko memandang Ayumi dengan heran.
Malam harinya, Ayumi sudah bersiap untuk tidur setelah mengerjakan PR. Ayumi ingin minum susu sebelum tidur. Lalu, gadis kecil itu pun melangkah ke dapur. Ayumi sudah biasa membuat susu sendiri. Ayumi segera mengambil kotak susu dari lemari dapur. Di samping kotak susu itu, ada kotak-kotak lain, berisi kopi dan gula. Rasa penasaran bocah perempuan itu muncul lagi. Ia teringat kata-kata Eriko tentang kopi susu. Bagaimana jika aku mencoba membuat kopi susu saja? Batin Ayumi.
Tanpa ragu lagi, Ayumi mengambi sebuah gelas, lalu dia memasukkan sesendok susu, kopi, dan gula. Setelah diberi air panas, segera gadis cilik itu mengaduknya. Warna minuman itu memang coklat, tidak hitam seperti kopi yang biasa diminum ayahnya. Dengan menggunakan sendok, Ayumi mencicipi sedikit. Wah, ternyata enak juga. Betul kata Eriko. Kata Ayumi dalam hati. Lalu dengan semangat Ayumi pun meminum kopi susu buatannya. Seteguk demi seteguk, hingga tak terasa satu gelas kopi susu itu habis dan menyisakan ampas saja.
Setelah menggosok gigi, Ayumi kembali ke kamarnya untuk bersiap tidur. Jarum pendek jam di dinding sudah menunjuk angka 9. Ayah dan ibunya masih menonton acara talkshow di TV. Selama beberapa saat Ayumi mencoba memejamkan mata, tapi tak juga bisa tertidur. Anak perempuan itu bangkit dan mengambil buku bacaan favoritnya. Biasanya jika membaca, lama kelamaan ia akan mengantuk. Beberapa halaman terlewati, tapi Ayumi belum merasa mengantuk juga.
Jam dinding sudah hampir menunjuk angka 11. Ayumi semakin gelisah. Ia tidak merasakan mengantuk. Lalu, bocah perempuan itu pun keluar dari kamarnya.
“Lho, Ayumi, kok, belum tidur? Sudah hampir jam 11, lho, Sayang.” Bu Mirna, ibu Ayumi terkejut melihat Ayumi berada di ruang keluarga.
“Iya, nih, tumben anak Ayah belum tidur. Besok pagi sekolah, kan?” kata Pak Rasyid.
“Ayah, Ibu, Ayumi enggak bisa tidur, nih.” Ayumi duduk di antara kedua orangtuanya.
“Lho, kenapa? Kamu biasanya cepat sekali tidur.” Bu Mirna mengusap rambut Ayumi yang panjang.
“Tadi Ayumi ingin minum susu, lalu waktu di dapur Ayumi lihat kopi. Terus, Ayumi buat kopi susu.” Ayumi menjelaskan pada ayah ibunya.
“Oh, pasti gara-gara itu kamu jadi enggak bisa tidur,” kata Bu Mirna.
“Lho, bukannya kamu enggak suka kopi? Tadi pagi waktu Ayah suruh coba, enggak mau.” Pak Rasyid menimpali.
“Kopi Ayah, kan, hitam. Kalau kopi susu, kan, coklat, rasanya enak.” Ayumi menjawab dengan santai.
Bu Mirna dan Pak Rasyid hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat ulah putrinya. Malam itu mereka harus menemani Ayumi yang tidak bisa tidur gara-gara minum kopi susu.
Ditulis oleh: Maya Romayanti
Reviewer: Seno NS
Posted from my blog with SteemPress : http://temupenulis.org/ayumi-ingin-tahu-rasa-kopi/