Saya mengamati, titik paling rentan dalam sebuah hubungan antar manusia, adalah saat jarak sosial antar manusia memendek. Beberapa teman, putus pertemanan, menjauh, justru terjadi setelah mereka "sangat dekat", hampir tidak berjarak. Hal ini juga terjadi dalam pernikahan. Sebelum menikah, masa-masa pacaran, mereka sedemikian romantis, setelah menikah, tidak lama kok pisah?
Begini, Saya punya pengalaman menarik, yang bisa menjelaskan fenomena di atas. Dulu, zaman SMP-SMA, saya suka banget telor asin. Sampai suatu ketika, saya melihat seorang peternak bebek, mencincang puluhan tikus, sebagai pakan untuk bebek peliharaannya. Sejak itu, saya sempat trauma makan telor asin. Telur asin, merk apapun itu, rasanya selalu menjadi "amis" bagi saya.
Dalam fenomena di atas, seandainya saya tidak tahu lebih jauh, tentang apa yang dimakan bebek, saya tidak akan trauma makan telor asin. Saat jarak antara saya dengan telor asin, semakin dekat, membuat saya tahu banyak hal, dan saya tidak mampu menerima apa yang saya ketahui, sehingga saya langsung menjauh dari telor asin. Jarak yang sangat dekat, antara kita dengan sesuatu atau seseorang, membuat kita mengetahui banyak hal tentangnya.
Kembali ke soal trauma saya, dengan telor asin. Nah, dalam masa menjauh, saya mencoba mendekat lagi, menelusuri lebih dalam, apa itu telor bebek. Oh jadi paham, ternyata tidak semua peternak bebek, sebagaimana yang saya lihat. Banyak peternak yang "tidak ngawur memberikan makanan". Cirinya, kalau bau dan rasa telor asinnya amis, itu jelas makanan yang diberikan ke bebek, adalah ngawur. Sekarang sih, saya suka lagi makan telor asin. hehe
Pada suatu titik, saya jauh dari telor asin, menikmati keindahan rasanya. Jarak memendek, saya tahu banyak, lalu menjauh. Saya mempelajari lebih dalam, lalu saya mendekat lagi. Nah, apa yang terjadi dengan hubungan antar manusia, yang sangat dekat, kemudian menjauh?Ya, mirip kayak kasus telor asin itu. Kadang, keindahan dan kesempurnaan seseorang, lenyap saat jaraknya sangat dekat. Gara-gara kita tahu banyak.
Karena mulai tahu banyak, tentang teman dan pasangan kita, dan di situlah ada hal-hal yang belum bisa kita terima. Saat dulu tidak tahu, tidak ada masalah. Setelah tahu banyak, malah jadi masalah.
Nah, dalam kasus pertemanan, tidak ada kekuatan yang mengikat, sebagaimana kekuatan ikatan dalam pernikahan. Sehingga ruang dan waktunya, tidak cukup untuk mempelajari orang lain, agar lebih dalam.
Saat dalam pertemanan, kita tahu banyak, ah dia ini ternyata brengsek. Yang terjadi, kita langsung membuat jarak, dan tidak mempelajari lebih jauh. Tidak ada ikatan juga kan? Inilah sebab, mengapa pertemanan bisa putus, pada saat titik pertemanan sangat dekat. Oleh karenanya, kadang jarak diperlukan, agar pertemanan bisa lebih awet. Terlalu dekat, kadang rentan.
Sahabat, adalah level yang lebih jauh dari pertemanan biasa. Persahabatan terjadi, karena saat kita tahu banyak, hal-hal tentang teman kita. Lalu ada rasa tidak suka, namun kita teruskan mempelajari lebih dalam. Sehingga, pengetahuan lebih dalam akan diperoleh, dan menghadirkan penerimaan apa adanya. Tapi hal ini, butuh waktu, yang tidak sebentar. Butuh ketekunan.
Jadi, untuk menjaga pertemanan, kita bisa memilih opsi ; memberikan jarak, agar tidak terlalu dekat, agar kita tidak tahu banyak. Atau tidak memberikan jarak, dan saat mulai tahu hal-hal yang tidak sreg, tetap menyelami lebih dalam, apa yang ada di balik itu. Kalau ragu, jangan terlalu dekat. Kalau mau dekat, jangan ragu-ragu, tetap maju.
Posted from my blog with SteemPress : http://edymunawar.epizy.com/2018/10/14/ada-titik-rentan-dalam-pertemanan/